253.
“Nih.”
“Eh? Apa nih, Bang?”
Minki mengulurkan sekotak cokelat pada Minghao yang tengah menikmati pastel tutup, kudapan yang disediakan pemuja rahasianya. Gambar pada kotaknya membuat mata Minghao melebar senang.
narrative writings of thesunmetmoon
“Nih.”
“Eh? Apa nih, Bang?”
Minki mengulurkan sekotak cokelat pada Minghao yang tengah menikmati pastel tutup, kudapan yang disediakan pemuja rahasianya. Gambar pada kotaknya membuat mata Minghao melebar senang.
Mereka diam begitu. Tangan saling berpegangan. Mata saling memandang.
“I'm sorry...”
“Hmm...”
Sekadar maaf mungkin takkan pernah cukup.
(“Lo sadar salah lo dimana?”)
Kim Mingyu sadar salahnya dimana.
Tidak ada yang bersuara setelahnya. Mingyu terlalu sibuk memproses apa yang baru saja terjadi dan Minghao diam seribu bahasa. Kerah kemudian dilepas. Punggung kembali bersandar ke kursi. Handphone menelungkup di atas meja, menjadi sumber kebencian saat ini.
Mingyu tidak tahu kenapa Minghao ingin bertemu dengannya setelah kejadian itu. Dia pikir dirinya akan diamuki, dihajar atau perlakuan setimpal lainnya. Dia tahu dia salah, tapi dia tahu, jauh di dalam hati, dia juga tidak menyesalinya.
Minghao memencet send di aplikasi Whatsappnya. Jihoon barusan menanyakan mengenai follow up klien yang dia pegang. Ada sedikit kendala, sesuatu tentang barang tertahan di bea cukai.
“Om, Tante.”
Wonwoo tersenyum tenang, kontras terhadap paras Soonyoung saat ini. Kembali mereka berempat duduk di sofa ruang tamu dengan posisi persis seperti tadi: Soonyoung dan Wonwoo bersebelahan di satu sofa, orangtua Soonyoung di seberang mereka. Meski agak heran, untungnya mereka tidak bertanya macam-macam sebelum penjelasan datang.
“A...”
Soonyoung menghampiri Wonwoo dari belakang. Setelah percakapan mereka, Soonyoung melipir ke dapur untuk membantu ibunya menyiapkan makan siang (yang dengan sigap diusir ibunya supaya Soonyoung menyiapkan meja makan saja). Wonwoo diajak mengobrol oleh ayah Soonyoung di teras halaman belakang, sebelum ia ditinggalkan seorang diri karena handphone ayah Soonyoung berbunyi.
Soonyoung menemukan kekasihnya duduk sendirian saja memandangi halaman belakang mereka.
“Assalamualaikum.”
“Waalaikumsalam,” sambut seorang wanita berparas ramah di teras depan, membukakan pintu untuknya. Ketika wanita itu tersenyum, Wonwoo langsung tahu ia tengah berhadapan sama siapa. “Ini Wonwoo Wonwoo itu ya?”
“Selamat sore, Om, Tante.”
Mendengar sapaan Mingyu, Wonwoo berdiam diri dengan kedua tangan masuk ke dalam saku jaketnya. Dia berdiri di belakang sang Alpha yang membawa dua buket bunga, masih bingung kenapa Mingyu mendadak menanyakan tempat ini di perjalanan pulang dari rumah sakit tadi. Karena memang searah jalan pulang, jadi, yah, apa boleh buat, dia pun menunjukkannya.