Wanita itu menoleh, lalu tersenyum ceria saat melihat siapa yang datang. “Mingyu!” serunya. Di ruangan besar berwarna krem dan putih itu, jendela dibuka lebar. Tirai menari-menari ditiup angin siang hari. Persis di sebelah jendela kamar ibunya, ditanam bebungaan cantik beraneka warna di perkarangan rumah sakit. Sengaja, atas perintah Mingyu.
Mereka berbaring bersama. Wonwoo di dalam pelukan Mingyu. Satu lengan sang Alpha melingkari perutnya, lengan yang lain menyusup di bawah bantalnya. Dada Mingyu di punggung Wonwoo dan bibirnya menciumi tengkuk. Bisikannya terasa hangat.
Joshua memandang langit malam. Tangan masih di tuts, meski lagu telah usai. Ia berusaha menetralkan emosi yang membuncah dalam dada. Tidak. Anak itu tidak menangis. Hanya dada naik turun, mengambil napas dalam-dalam.
“Mungkin ada rikues dari audience, nih? Ato dari Tante?” senyum Joshua merekah. Geliginya terpampang sempurna. “Nyanyi juga boleh lho, Tan. Mungkin bosen denger suara saya aja dari tadi.”
Joshua perform dengan bagus sekali. Penonton diajaknya berinteraksi ketika petikan gitarnya berhenti. Selain playlist lagu yang telah disepakati dengan Jeonghan, dia pun membuka rikues, terutama pada bintang utama acaranya, ibu Jeonghan.
Begitu saja, sapaannya, lalu Minghao melewati Kim Mingyu menuju dapur. Di dapur, sudah ada Seungkwan dan Chan, sementara Hansol bertengger di salah satu kursi sedang menghabiskan sebungkus camilan.