268.
Ketika Minghao kembali dari kantor klien, dilihatnya sebuah tas kertas sudah bertengger di mejanya. Dibungkus rapi oleh bebatan kain, kali ini bukan kotak kertas seperti biasa, melainkan kotak bekal betulan. Warnanya hijau dan ada gambar tokoh kartun berbentuk kodok pada tutupnya. Isinya nasi ditabur wijen hitam, sepertinya hidangan daging dengan bawang bombay, lalu telur gulung, rumput laut, selada sayuran dan tomat ceri.
Minghao tersenyum membaca post-it yang tertempel.
'Sorry, I can't make you breakfast due to time constraint > < Semoga suka ya dengan makan siangnya hari ini, made too much for myself anyway :)'
Sambil lalu, dia menoleh ke Jihoon. “Padahal nggak usah sih, Bang, kalo lo lagi sibuk,” ujarnya, masih terkekeh geli.
Jihoon mendongak, memandangnya bingung, sambil mengerutkan kedua alis. Jihoon memutar kepala, menyadari mereka hanya berdua di sana, maka jelaslah Minghao berbicara padanya.
”........Hah?” akhirnya, ia menjawab.
“Ini, lho, ini,” dia mengangkat kotak bekal di tangannya. “Kalo lagi sibuk mah nggak usah maksain bikin dua, Bang.”
Hening.
”...........................Hah??“
Giliran Minghao ikutan bingung. Senyumnya pun luntur.
“B-bukannya Bang Jihoon ya, yang buatin gue makanan selama ini?” tanyanya penuh keraguan. “Soalnya Seok bilang, dia pernah liat Bang Jihoon naro makanan di meja gue...”
“Ooh....oh, yang waktu itu,” manggut-manggut paham. “Pas itu gue liat ada makanan di meja lo, terus gue iseng angkat, ngeliatin, terus taro lagi. Kali pas itu si Seok ngeliat gue.”
Jihoon melanjutkan.
“Hao, gue cuma bisa masak indomie. Itu pun laki gue protes karena dia suka yang lembek, minwail mie buatan gue masih keriting. Lo pikir gue bisa buatin lo seset makan siang macem-macem kayak gitu?”
Minghao masih diam saat Jihoon tertawa lepas.
“Nih gue kasih tau,” ditopangnya dagu di sebelah tangan. Pulpen menunjuk ke arah Minghao. “Pas jam makan siang, lo pergi ke pantry di bawah tangga. You'll find out who has been giving you food.“