282.

#minwonabo

Ciuman demi ciuman yang dibagi di antara mereka tak kunjung berhenti. Mingyu sudah siap berangkat ke kantor, dengan tas kerja dan setelan jas lengkap, berdiri di teras depan rumah. Yang menahannya adalah sesosok Omega yang menciumi bibirnya terus-terusan. Wonwoo melingkari lengan di leher Mingyu, sementara tangan Mingyu mengelus pinggang ramping Wonwoo.

“Hmm...,” dengkur sang Omega, merasa senang dan puas. Bibir dilepas dengan bunyi nyaring, hanya untuk ditempelkan kembali.

“Manja banget...,” Mingyu meringis, membiarkan Wonwoo menggigiti pelan bibir bawahnya. “Kemarin siapa ya yang bilang nggak mau di-knot, hmm?”

Wonwoo manyun. “Ya abisnya mama kamu bilang gitu...,” protesnya sambil memainkan dasi satin Mingyu. “Saya kan takut...”

Rasanya jantung Mingyu jatuh sampai ke dasar perutnya. Imut. Imut banget. Mingyu kira jatuh cinta berkali-kali pada orang yang sama itu adalah hal yang mustahil. Ternyata, kalau dengan Wonwoo, tidak ada yang mustahil.

“Gemes.” Cium. “Banget.” Cium. “Omeganya.” Cium. “Aku.”

Cium, cium, cium...

Wonwoo membuat suara yang tertahan oleh bibir, campuran erangan dan tawa bahagia.

Mmh, daddy...

Mendengar itu, otak Mingyu konslet mendadak.

“W-won??”

Menyadari Mingyu memandanginya ganjil, Wonwoo sumringah malu-malu. “Mingyu nggak suka saya panggil begitu...?” tanyanya ragu-ragu.

“Su—” terpotong deham. “M-maksudku, kenapa—”

“Mmm, kata Soonyoung, coba panggil Mingyu kayak gitu, Mingyu pasti seneng... Jadi saya...coba panggil...,” ia menunduk, semakin merah padam.

..........Terberkatilah Kwon Soonyoung.

“Mingyu?” sang Omega menelengkan kepala. “Mingyu nggak suka...?”

Jawabannya datang dalam bentuk seperti ini: Mingyu tiba-tiba mengangkat Wonwoo ke dalam gendongan. Kaki Wonwoo refleks melingkari pinggulnya, sementara ia membungkam bibir ranum itu dalam ciuman panas. Dibawanya sang Omega kembali ke peraduan mereka, melupakan urusan kantor dan segala tetek bengeknya di Senin pagi yang membosankan.