271.

#gyuhaooffice

Entah bagaimana, udara yang ia hirup terasa lebih segar. Beban di pundaknya seakan lenyap. Ia sudah tahu apa yang ia mau, apa yang ingin ia dapatkan. Seperti seseorang menyalakan penerang pada jalannya yang gelap nan panjang.

Di dalam ruang meeting, Minghao duduk mendengarkan Jihoon berdiskusi dengan Minki mengenai suatu rencana yang akan mereka mulai, sesuatu mengenai penerapan modul pelatihan yang dibagi ke departemen sales.

Jihoon dan Minki di seberang.

Mingyu di sampingnya.

Lelaki itu duduk dengan ekspresi tak terbaca. Ia tengah mempelajari dokumen yang dibagikan Minki sebelumnya sambil memutar-mutar pulpen dengan tangan kiri. Tangan kanannya yang bebas menjuntai ke bawah, persis di samping kursi.

Deg.

Mingyu mendadak menarik napas ketika sebuah tangan lain perlahan menggenggamnya. Matanya tetap pada dokumen, begitu pun Minghao tetap memandang Jihoon dan Minki saat tangannya mengelus punggung tangan Mingyu, menyisipkan jari-jemari mereka hingga saling bertautan.

Debaran jantung Mingyu begitu kencang dalam dadanya. Pipinya memerah. Ia yakin pipi Minghao juga sama memerahnya.

Namun, kemudian, ia meneguk ludah, lalu memberanikan diri menggamit balik tangan Minghao, memantapkan genggaman mereka berdua.

Di sana. Di ruang meeting kantor mereka.

Tanpa memerlukan kata-kata untuk saling paham.

Berdua.

Bergandengan tangan.