281.

#gyuhaooffice

Kedua alisnya tertaut. Sudah tiga kali dia menelepon Mingyu, namun lelaki itu tidak menjawab. Whatsapp juga tidak dibalas. Minghao menelpon nomor Mingyu, tapi sia-sia belaka. Decakan kesal lepas sebelum ia memutuskan sambungan. Arlojinya menunjukkan hampir pukul 7 malam. Pesta selesai sejam lagi.

Minghao memutuskan untuk masuk saja meninggalkan Mingyu. Skenario terburuk adalah Mingyu terjebak macet dan, entah bagaimana, tak bisa menerima telepon Minghao.

Ya Tuhan, semoga bukan kecelakaan...

Cemas tetap menggelayuti saat lelaki itu melangkah masuk pintu gedung yang megah bersama tamu undangan lainnya, setelah melewati sederetan panjang rangkaian bunga ucapan selamat (yang tak satupun ia lirik karena pikirannya khawatir akan kondisi Mingyu yang tak diketahui).

Satu, dua, tiga langkah menyusuri semacam lorong berisikan penuh bebungaan segar—

--ada di sana. Yang ia cari.

Kim Mingyu.

Mingyu tengah mengobrol dengan beberapa orang yang kelihatannya jauh lebih tua darinya. Ia tertawa, tersenyum, memamerkan taringnya seperti biasa. Pundaknya ditepuk-tepuk dan Mingyu mengangguk-angguk, seperti tengah dinasehati.

Alis Minghao makin menukik. Keningnya berkerut.

Aneh.

Kenapa Mingyu jadi pager bagus di nikahan Bang Jihoon.....?