Part 33
Susunya muncrat.
“AH, JOROK! BERSIHIN!”
Joshua menyeka dagunya. Masih kaget.
“Mama...bilang apa barusan??”
Susunya muncrat.
“AH, JOROK! BERSIHIN!”
Joshua menyeka dagunya. Masih kaget.
“Mama...bilang apa barusan??”
“Maafkan putra saya, Tuan Kim, sudah merepotkan Anda!”
“Nyonya Hong, tolong jangan seperti ini, angkatlah kepala Anda.”
Ketika Tuan Hong terlelap kembali, Tuan Kim menghela napas. Ia hanya bisa berdiam pada posisinya, tidak berani bergerak karena takut membangunkan sang Omega.
Pun, Tuan Kim tidak mau.
“Yah, ngambek deh~“
“Benar-benar Anda ini...,” Boo Seungkwan menghela napas frustasi. “Kapan Anda mendengarkan omongan saya sih?? Kan saya sudah bilang, jangan mengganggu Omega itu!”
Status mereka yang Riskan setelah memenangkan satu ronde rupanya tidak menghalau keberuntungan datang pada deknya. Dengan cepat, tim Tuan Kim dan Tuan Hong berada di atas angin lagi, dengan Tuan Lee sebagai Penentu kali ini dan dek Tuan Jeong terbuka untuk dimainkannya.
3 Tanpa Trump, artinya tim manapun harus bisa memenangkan 9 trik dengan kartu apapun. Tuan Jeong memulai permainan pertama dengan mengeluarkan Jack Hati. Tuan Hong menatap lama pada deknya, sebelum Tuan Lee memanggilnya lagi.
Meski aura di sudut mereka berada kurang mengenakkan, para pria Beta yang lebih muda perlahan mendekat untuk menonton sebuah pertandingan yang, nampaknya, akan seru. Tuan Lee mengocok kartu dengan ahli, sedangkan Tuan Kim mencoba memberikan sedikit penjelasan mengenai permainan bridge pada Tuan Hong. Entah didengarkan oleh sang Omega atau tidak, sebab spektator bisa melihat bahwa Tuan Hong cukup mabuk.
Nah, bila ingin bertaruh, tentu semua yakin akan menaruh keping emasnya di pasangan yang mana.
Begitu melihat paras Tuan Yoon yang datang tergopoh-gopoh mendekatinya, darah Tuan Kim seolah terkuras habis. Wajahnya pucat kala mendengar alasan yang keluar dari mulut sang Omega. Refleks semata lah yang membawanya langsung berlari ke arah yang dikatakan Tuan Yoon, mengindahkan para tamu lain yang bahunya ia tabrak ataupun terganggu oleh aksi barbariknya.
(“Sungguh aneh! Saya belum pernah melihat Tuan Kim seperti itu! Pasti ada sesuatu yang memburunya!”)
Part 23 #gyushuaabo
“Woah...”
Kesembunyi dari keramaian aula dansa, ruangan yang Joshua masukin itu nggak kalah megah. Chandelier raksasa menerangi kertas dinding penuh warna dan bermotif bunga. Karpet tebal di bawah sol sepatunya. Sebuah perapian besar menyala, menghangatkan mereka di musim yang begitu dingin ini. Berbagai lukisan yang dipigura mahal memenuhi dinding. Sofa dan kursi yang nampak kurang empuk diisi beberapa lelaki, di sini dan di sana. Mereka bercakap-cakap dengan seru, bertukar cerita atau membaca koran sambil menghisap pipa rokok mereka.