Part 24

#gyushuaabo

Begitu melihat paras Tuan Yoon yang datang tergopoh-gopoh mendekatinya, darah Tuan Kim seolah terkuras habis. Wajahnya pucat kala mendengar alasan yang keluar dari mulut sang Omega. Refleks semata lah yang membawanya langsung berlari ke arah yang dikatakan Tuan Yoon, mengindahkan para tamu lain yang bahunya ia tabrak ataupun terganggu oleh aksi barbariknya.

(“Sungguh aneh! Saya belum pernah melihat Tuan Kim seperti itu! Pasti ada sesuatu yang memburunya!”)

Dan mereka benar sekali. Mendengar nama itu dari Tuan Yoon saja cukup bagi Tuan Kim berpikiran yang terburuk. Dia membuka paksa dari pintu ke pintu, hafal betul ruangan apa di mana berkat permainan petak umpet bersama kakaknya semasa kecil mereka. Tuan Kim terus mencari sambil diselimuti rasa tak nyaman di ulu hati, berkutat di sana seolah menyalahkan dirinya.

Di mana? Di mana, Tuhan?? Tuan Hong, di—

BRAK!

Kepala-kepala terangkat, melihat ke pintu yang baru saja dibuka dengan kasar. Ruangan yang hampir seluruhnya berisikan para Beta itu menjadi hening. Jantung berdebar dan peluh mengalir dari sisi kening, Tuan Kim menemukan siapa yang mati-matian dicarinya.

Tuan Hong. Di situ, di meja, duduk berempat bersama...

”...Tuan Lee.“

Tuan Hong merasa bulu kuduknya agak berdiri. Andai ia sedikit saja lebih sadar dari ini, ia pasti bisa melihat dan mencium perubahan besar dari Tuan Kim, Alpha yang ramah dan sopan itu. Tuan Kim saat ini tidak seperti Alpha yang dikenalnya.

“Ah, Tuan Kim,” Tuan Lee tersenyum semanis lelehan madu. “Kebetulan sekali. Kami sedang bertanding bridge.”

Dengan tangannya, Tuan Lee merujuk pada Tuan Hong, membuat Tuan Kim menoleh. Keningnya berkerut saat menyadari dalam kondisi seperti apa Tuan Hong saat ini, terlebih lagi ada gelas wine yang masih berisi di sisi kiri mejanya. Feromonnya buyar kemana-mana, membuat Tuan Kim menyentakkan napas. Dalam jarak sedekat ini, harum kue natal khas Tuan Hong merasuk ganas memenuhi nadinya.

Tuan Hong begitu terbuka saat ini dan itu pertanda buruk.

Saat Tuan Hong hendak mengambil gelas itu, Tuan Kim menyela, “Anda sudah minum terlalu banyak. Tidak baik bagi Omega—”

Yang, tentu saja, membuat Tuan Hong segera murka.

“Omega!” bila ia bisa, pasti isi gelas itu sudah ditumpahkan ke wajah Tuan Kim. “Persetan kalian semua! Kalo aku mau minum, aku bakal minum! Kenapa? Kamu pikir Omega nggak bisa ngelakuin apa aja, hah???”

“Tapi, Tuan Hong, bukan itu maksud sa—”

“Ah, ah, kau membuat marah Tuan Putri kita, Kim~“

Gigi Tuan Kim menggertak kencang, “Tuan Lee...apa yang Anda telah lakukan?”

“Tidak ada,” dengan santai, Tuan Lee mengangkat bahu. “Kami hanya bersenang-senang.”

“Lalu kenapa Tuan Hong semabuk ini?”

“Saya menemukannya sendirian dan mabuk di aula dansa, maka saya mengajaknya ke sini agar bisa beristirahat. Benar begitu kan, Tuan Hong?”

Yang ditanya tidak menjawab, terus saja mengerutkan alis.

“Ah, tapi, kebetulan sekali, tadi kami bertaruh sesuatu akan permainan bridge ini.”

“Bridge...nggak paham...,” gumam Tuan Hong.

“Jika Tuan Hong menang, saya akan melakukan apapun yang diharapkannya dari saya.”

Aura. Ada perubahan di sudut sebelah sana. Para Beta mulai gelisah di tempat duduk mereka, yang lebih tua dan, karena itu, lebih lemah, menyingkir buru-buru dari ruangan tersebut. Yang lain yang lebih muda memandangi dengan penuh minat.

“Dan, bila saya yang menang—”

“Saya ikut,” Tuan Kim menarik kursi di seberang Tuan Hong. Beta yang sudah duduk di sana segera angkat kaki sambil meminta maaf, meninggalkan temannya yang duduk di seberang Tuan Lee kebingungan. “Saya akan bermain sebagai partner Tuan Hong.”

“Hoho?” Tuan Lee hampir bersiul. “Bagaimana, Tuan Hong?”

Tidak ada jawaban.

“Ah, apa Anda cukup mengantuk sekarang? Apa perlu kita batalkan—”

“Nggak,” ciap Tuan Hong, mendadak. “Aku bisa menangin ini sendiri. Nggak perlu A-Alpha. Bisa!”

Tuan Lee terkekeh. Tuan Kim menatap cemas ke arah Tuan Hong.

“Baiklah, mari kita mulai.”