Part 28

#gyushuaabo

“Yah, ngambek deh~“

“Benar-benar Anda ini...,” Boo Seungkwan menghela napas frustasi. “Kapan Anda mendengarkan omongan saya sih?? Kan saya sudah bilang, jangan mengganggu Omega itu!”

“Aku tidak mengganggunya~” Tuan Lee manyun. “Cuma mengajaknya main bridge.”

“Mengajak Omega yang mabuk ke tempat tertutup begini lalu memasang taruhan, terlepas dari Omega itu bisa berpikir jernih atau tidak!” omelan pun datang terus. “Jika saya adalah Baginda Raja, sudah saya seret Anda ke tiang gantungan!”

“Kenapa kau juga mau membunuhku, Kwannie?? Aku melakukannya karena Kak Cheol yang baik berkeluh kesah kalau Kim tidak juga berani mengambil langkah pertama! Aku justru membantu Kim!” protesnya. “Kau harusnya membelaku!”

“Dan kenapa begitu?!”

“Karena,” tiba-tiba, tangan sang Beta diambil, ditarik, dan tubuhnya diputar hingga punggungnya bersandar di paha Tuan Lee. Wajah mereka sungguh dekat. “Kita akan menikah setelah Kak Cheol menikah dengan Omeganya. Pasangan menikah harus membela satu sama lain.”

Hening.

”...Memangnya siapa yang akan menikah dengan Anda, Yang Mulia?” wajah Boo Seungkwan terlihat jenuh.

“Tentu saja kau~ ♪”❤️

“Pernyataan darimana itu?” 😐

“Tentu saja dariku~ ♪ Kau akan jadi pengantinku, Kwannie~” 🥰

”...” 😐

DUGH!

Detik kemudian, Lee Seokmin berjongkok memegangi keningnya yang dihajar kening Boo Seungkwan. “Jangan bercanda, Yang Mulia,” meski keningnya sendiri memerah, Boo Seungkwan merapikan seragam formalnya. “Anda adalah keluarga kerajaan. Saya hanya pengawal rendahan. Beta seperti saya tidak akan bisa bersanding dengan Anda.”

Tuan Lee masih mengusap keningnya.

“Dunia Anda dan saya terlalu berbeda.”

Tidak ada dari kedua insan yang berbicara. Tuan Lee mengamati bagaimana ksatria itu menegakkan tubuhnya, lalu menoleh padanya. “Saya akan melaporkan hal ini ke Baginda Raja dan Ibu Suri,” ucap sang Beta. “Pasti saat ini, seluruh istana sudah mendengar kekacauan yang Anda sebabkan.”

“Eh—” dirudung panik, Tuan Lee segera berputar badan, mencoba mengejar pengawalnya yang dengan cepat menghilang dari pintu, menyusuri selasar menuju aula dansa. “TUNGGU! KWANNIE, JANGAN—”