Part 27

#gyushuaabo

Status mereka yang Riskan setelah memenangkan satu ronde rupanya tidak menghalau keberuntungan datang pada deknya. Dengan cepat, tim Tuan Kim dan Tuan Hong berada di atas angin lagi, dengan Tuan Lee sebagai Penentu kali ini dan dek Tuan Jeong terbuka untuk dimainkannya.

Namun, ketika Tuan Hong hendak menaruh kartu gilirannya, tubuhnya oleng. Tuan Kim refleks beranjak dari duduk. Tuan Lee dan Tuan Jeong pun mengulurkan lengan, terkejut oleh kejadian mendadak tersebut. Karena Tuan Hong oleng ke arah Tuan Lee, maka lengan-lengan Tuan Lee lah yang pertama menahannya, hampir-hampir memeluk tubuh lunglai Omega tersebut...

...untuk sedetik-dua detik saja, karena dengan geraman rendah dan tenaga yang tidak dapat dikontrol, Tuan Kim merebut Tuan Hong dari pelukan Tuan Lee. Kepala sang Omega kini bertumpu di bahunya. Kedua matanya yang indah terpejam tenang. Tercium bau alkohol dari napas yang berhembus beraturan. Ia tertidur nyenyak karena mabuk dan terlalu memforsir diri untuk berpikir, tidak awas akan atmosfer berat yang mulai melingkupi ruangan.

Kini, para Beta mundur menjauh, tergesa-gesa keluar dari ruangan itu, melupakan permainan seru yang mereka saksikan sebelumnya. Sebuah insting alamiah mereka untuk mencari perlindungan saat dua Alpha—benar, dua Alpha—bersitegang antara satu sama lain.

Terpancing oleh keagresifan serigala Tuan Kim, Tuan Lee pun mengeluarkan feromonnya yang ia tahan sejak datang ke istana. Dalam dan pekat, bagai tenggelam di dasar lautan. Bau asin garam bercampur angin malam. Dingin dan mencekam. Sama sekali berbeda dengan feromon Tuan Kim yang tergolong lembut, bahkan tercium aroma anggur Muscat yang terkenal manis dengan wangi bunga.

Dua feromon yang bertentangan satu sama lain, namun begitu kuat, berputar, beradu, seperti halnya tatapan tajam mereka. Tak ada satupun dari kedua Alpha yang mengalah.

Sampai, pada akhirnya, seorang Beta dalam setelan sutra putih-hitam mendekati Tuan Lee dan berdiri di sisinya.

“Yang Mulia,” ucap sang Beta. “Lebih baik hentikan kebodohan ini sebelum Yang Mulia Ibu Suri datang ke sini dan menjewer telinga Anda berdua.”

Tersadar, Tuan Kim pun segera menurunkan kadar feromonnya, menarik kembali sebanyak mungkin. Tuan Lee, mendengar itu, tersenyum sumringah. Feromonnya pun mulai memudar.

“Ah, Kwannie, jangan begitu. Tentunya Bibi tidak akan memperlakukan kami seperti anak kecil lagi, bukan?” ringisnya berpindah kepada Tuan Kim. “Benar begitu bukan, Sepupu?”

Seokmin...

“Menyeramkan, menyeramkan!” gelak tawa membahana. Ringan, dan jelas-jelas mengejek. “Alpha yang menyeramkan. Kau harus belajar untuk bisa lebih tenang, Sepupu, tidak ada yang berniat mengambil Omegamu di sini.” Dengan santai, bahu Tuan Lee terangkat.

“Lalu kenapa Anda menculiknya?!” tuduh Tuan Kim. “Andai Tuan Yoon tidak melihat Anda bersamanya, entah apa yang akan Anda lakukan pada Tuan Hong!”

“Heiii~ Aku tidak sebajingan itu, Kim,” keluhnya, menghela napas. “Biarpun aku Alpha bebas, bukan berarti aku sudi dihukum gantung kalau menyentuh Omega suci sepertinya.”

Lalu, ia menambahkan.

“Lagipula, aku lebih tertarik pada Beta.”

Tuan Kim dengan cepat menangkap bagaimana mata Tuan Lee melirik ke orang di sebelahnya. Ia ingat orang itu, sering melihatnya menemani sang sepupu kemana-mana. Ksatria Beta bermarga Boo, pengawal pribadi sekaligus asisten keponakan Baginda Ratu Ibu Suri, Lee Seokmin.

Yah, bukan urusan Tuan Kim akan kisah kasih sepupunya itu, yang jelas, ia tidak akan menurunkan penjagaan pada Tuan Hong, apalagi setelah yang bersangkutan masuk ke radar Tuan Lee.

“Saya tidak akan menyerahkannya pada Anda,” mendengar pernyataan tegas tersebut, Tuan Lee bersiul. “Atau siapapun. Beta. Alpha. Siapapun.”

Tuan Kim menunduk, memandangi Omega di pelukannya. Ia kini menggendong Tuan Hong, memegangi bagian dalam kedua lutut dan punggung, agar kepala Tuan Hong bisa bersandar nyaman di dadanya. Ujung rambut Tuan Hong yang mencuat menggelitik bagian bawah bibirnya. Tuan Kim harus mengingatkan diri sendiri bahwa mereka tidak sendirian di ruangan itu untuk tidak menunduk makin dalam dan mengecup kepala Tuan Hong.

”...Dia Omega saya.

Datang, dalam bentuk bisikan teramat pelan.

Kemudian, tidak menaruh perhatian lagi pada sepupu dan pengawalnya itu, Tuan Kim membungkuk sedikit untuk pamit dan berjalan keluar ruangan, membawa Tuan Hong yang tertidur bersamanya.