Part 25

#gyushuaabo

Meski aura di sudut mereka berada kurang mengenakkan, para pria Beta yang lebih muda perlahan mendekat untuk menonton sebuah pertandingan yang, nampaknya, akan seru. Tuan Lee mengocok kartu dengan ahli, sedangkan Tuan Kim mencoba memberikan sedikit penjelasan mengenai permainan bridge pada Tuan Hong. Entah didengarkan oleh sang Omega atau tidak, sebab spektator bisa melihat bahwa Tuan Hong cukup mabuk.

Nah, bila ingin bertaruh, tentu semua yakin akan menaruh keping emasnya di pasangan yang mana.

Selesai mengocok, Tuan Lee membagi seluruh kartu tanpa Joker ke masing-masing pemain, termasuk dirinya. Mereka meneliti dek masing-masing di tangan, lalu mengaturnya dari yang tertinggi hingga terendah. Tuan Hong, sayangnya, tidak melakukan hal yang sama.

“Tuan Hong...,” Tuan Kim menyela, begitu cemas. “Apakah Anda baik-baik saja? Mungkin salah satu dari Tuan yang di sini bisa menggantikan An—”

“Ckckck, bukan begitu kesepakatannya, Tuan Kim,” Tuan Lee menggoyangkan telunjuk, menghentikan ucapan Tuan Kim.

“Tuan Lee!” geraman sang Alpha membuat spektator di sekeliling mereka mundur satu langkah. “Taruhan omong kosong macam apa—”

“Tuan Kim, diem ah,” decak Tuan Hong. Kalimat itu mengejutkan semua orang di ruangan tersebut, termasuk Tuan Kim sendiri. Kening Tuan Hong berkerut, tengah serius meneliti kartu-kartu di tangannya. “Dia bener kok. Ini masalah harga diri laki-laki.”

Andai situasinya tidak setegang ini, mungkin pernyataan barusan bisa mengundang rasa geli mereka yang ada di sana, karena, terus terang saja, bukan hal lazim bagi Omega untuk membela dirinya sendiri di negara ini. Selalu ada Alpha dan Beta yang melakukan tugas itu untuknya. Mengambil tugas mereka melindungi Omega bukanlah sesuatu yang diaminkan masyarakat.

Namun, Tuan Hong bukanlah Omega yang biasanya, bukan? Gaya bicaranya, kekeras kepalaannya, dan bagaimana dirinya mengatur Alpha seperti Tuan Kim. Mereka takjub.

Tuan Lee, meskipun begitu, hanya tertawa lepas, seakan tidak terkejut akan kelancangan barusan. “Benar. Harga diri lelaki,” kekehnya. “Tentu Tuan Kim tidak akan seceroboh itu untuk tidak menghormati keputusan Tuan Hong, menurut hemat saya?”

Kalah telak. Tuan Kim hanya bisa menggertakkan giginya lagi. Feromon yang ia mati-matian tahan, akhirnya menguar sedikit demi sedikit. Kemarahan adalah api yang paling ampuh untuk membakar insting serigala di dalam tubuh mereka. Separuhnya karena situasi tak menguntungkan ini dan ringisan Tuan Lee yang bermakna ganda, separuh sisanya karena Tuan Hong tidak mengekang Omeganya sama sekali, begitu berbeda dari Tuan Hong yang ia temui di balkon malam itu, yang langsung menyembunyikan feromonnya dan menutup kerah kemejanya, ketakutan kala melihat kedatangan Tuan Kim.

Seolah Alphanya tidak rela membagi harum Tuan Hong, feromonnya mencoba menutupi wangi kue natal yang lezat, membungkusnya untuk menghalau feromon lain.

Para Beta menghirupnya—perpaduan aroma teh Darjeeling yang terlalu lama dicelup dalam air panas hingga pekat dan kue jahe yang masih hangat dari pembakaran—dan mereka bergerak gelisah, merasa berada terlalu dekat dengan keintiman yang, seharusnya, tak dibagi dengan murah hati begini.

Tuan Lee juga menghirup itu semua dan berpikir, 'Alangkah menariknya.'

Ia pun memecah keheningan dengan mengumumkan dimulainya pertandingan tersebut. Karena Tuan Lee yang membagikan kartu, maka Tuan Kim yang pertama memulai.

Tuan Kim memasang taruhan berupa 1 Wajik. Di sebelah kiri Tuan Kim, seorang Beta bernama Tuan Jeong, menatap bosan ke arah kartunya dan memutuskan untuk lewat. Kini giliran Tuan Hong.

Tuan Kim masih sangat tidak yakin apakah Tuan Hong paham akan permainan ini. Seingatnya, di negara asal Tuan Hong, permainan ini tidak begitu populer. Mungkin Tuan Hong bahkan tidak pernah mendengarnya sebelum ini.

Detik demi detik berlalu.

“Tuan Hong?” Tuan Lee memanggil. “Taruhan Anda?”

“Oh,” sang Omega mengerjapkan mata beberapa kali. “Ng, aku—1 Sekop.”

Mata Tuan Kim membulat.

“Anda yakin?”

Tuan Hong mengangguk.

Tuan Lee kemudian merenung sejenak, sebelum memutuskan untuk melewati gilirannya. Tuan Kim menelaah wajah Tuan Hong, tidak bisa membaca apakah sang Omega benar-benar memiliki dek Sekop yang bagus atau hanya asal bicara.

Dengan helaan napas berat, Tuan Kim berujar, “Kalau begitu, 3 Keriting.”

Setelah Tuan Jeong lewat lagi, Tuan Hong menaruh taruhan 3 Sekop.

Jantung Tuan Kim berdebar lebih cepat kali ini. Wajik, Sekop dan Keriting. Wajik dan Keriting nampak bagus di deknya. Tuan Kim hanya bisa berharap dek Tuan Hong benar-benar sebagus taruhannya dan bukan asal sebut semata.

Ketika tiba gilirannya, Tuan Kim pun membuat taruhan, “3, Tanpa Trump.”

Tuan Lee bersiul. Ketika tiga pemain lain tidak menaruh taruhan lagi, maka permainan dimulai dengan Tuan Kim sebagai Penentu.