Part 44
“Yo~” cengirnya merekah. Lalu, kedipan sebelah mata. “Kenalin, Wen Junhui. Bukan siapa-siapa, so don't bother. Cuma lagi perlu beli obat terus ngeliat Beta cantik ini jaga toko~“
“Yo~” cengirnya merekah. Lalu, kedipan sebelah mata. “Kenalin, Wen Junhui. Bukan siapa-siapa, so don't bother. Cuma lagi perlu beli obat terus ngeliat Beta cantik ini jaga toko~“
“Selamat dat—Tuan Kim!”
Sang Alpha tersenyum sopan. “Selamat siang, Tuan Seo,” sapanya kembali. Ada bekas serpihan salju di bagian bahu mantel panjangnya, namun ia tidak mengindahkan.
”!!”
Tik, tok, tik, tok.
Bunyi jarum jam belaka yang menemani kedua insan yang terduduk diam dalam kesendirian. Api perapian merefleksikan bayangan dari benda-benda di sekitarnya. Pipi Joshua masih memerah, dan, saat dia melirik diam-diam, mencuri pandang, dilihatnya pipi Tuan Kim sama merahnya.
Raut anak itu berubah masam ketika melihat siapa yang ada di sana.
“Joshua,” ibunya memanggil. “Tuan Kim datang untuk berbicara denganmu.”
Tuan Kim mengerjapkan matanya. Di hadapannya, ada seorang ibu yang sungguh jelas tidak ingin asal dalam memberikan restu. Tuan Kim paham. Dirinya Alpha asing. Jauh, jauh lebih tua dari putranya, Omega yang belum tersentuh siapapun. Tuan Kim sangat paham. Apabila ia yang memiliki anak seorang Omega dan ada seorang Alpha datang padanya untuk meminta restu, ia sendiri mungkin sudah mengusir Alpha itu begitu batang hidungnya muncul di ambang pintu.
Paham betul, tapi...
“Tuan Kim?”
“Ma-maafkan saya karena mengganggu Anda di jam segini, Nyonya Hong,” sang Alpha menarik napasnya. Karena terlalu terburu-buru, ia memilih mendatangi jalanan pertokoan dengan kedua kakinya dan meminta kusir kereta kudanya untuk menunggu di depan kediaman keluarga Hong kira-kira setengah jam lagi. “Tapi apakah saya bisa bertemu dengan Tuan Hong?”
“Mingyu!”
“Oh?”
“Permisi,” Mingyu membungkuk. Topinya ditekan ke dada. “Maaf, apa saya mengganggu Anda berdua?”
Anak itu balik ke kamarnya setelah pagi yang, rasanya, aneh banget. Pingin curcol ke Vernon, tapi tuh anak jam segini mah palingan belum bangun. Dasar kebo.
Joshua mengingat-ingat lagi percakapan sama ibunya tadi: