Part 34

#gyushuaabo

Anak itu balik ke kamarnya setelah pagi yang, rasanya, aneh banget. Pingin curcol ke Vernon, tapi tuh anak jam segini mah palingan belum bangun. Dasar kebo.

Joshua mengingat-ingat lagi percakapan sama ibunya tadi:

(“...Ma?”

”...”

”...Dia...baek...”

“Hmm. Terus?”

“Kayaknya sopan...”

“Kayaknya?”

“Mm...pas dansa sama dia, nyenengin, tapi...terus dia dorong aku, nggak paham kenapa. Nyebelin.”

“Hmm...Kalo fisiknya?”

“Fisik mah...semua Alpha juga ganteng.”

“Ooh jadi menurut kamu dia ganteng ya?”

“Mama!”

“Iya iya, maaf. Terus?”

“Terus apa...yaudah? Dia tajir. Tinggi. Ganteng. Semua orang kayaknya kenal dia dan, dari cerita mereka, dia ramah ke mereka. Jadi ya wajar dia ramah sama kita. Tapi dia Alpha, Ma!”

“Joshua...”

“Alpha itu semua sama aja! Dia juga...dia juga bakal...”)

Helaan napas kian berat. Si anak kini rebahan di kasurnya, menenggelamkan wajah ke bantal hingga sulit bernapas. Rasanya ingin berteriak ke bantal saking semua beban nggak perlu ini seolah dilimpahin tanpa henti ke kedua pundaknya.

Yoon Jeonghan. Penjaga toko kelontong. Vernon. Sekarang ibunya.

Joshua berpikir sarkastis.

Dibayar pake apa sih sama si Kim Kim itu, anjir, dicomblangin mulu gue??

“GUE BENCI ALPHA! PAHAM NGGAK SIH?!”

Benci. Benci, benci, benci.

Poni lebat anak itu tersibak. Di sana, jauh di atas kening, di garis batas akar rambut dan kepalanya, ada bekas luka yang agak panjang. Kenangan buruk yang tertinggal di badannya. Omega yang nggak akan pernah sempurna.

Karena ulah Alpha.

Alpha.

Spesies sampah.

“Semua Alpha sama aja...nggak akan pernah ada Alpha yang bener-bener baek...”

Bagai mantra, diulang dan diulang terus dalam benak para Omega. Oleh orangtua, instansi pendidikan, teman-teman mereka, namun Omega terkadang terlalu tolol karena cinta.

Joshua beda. Joshua udah belajar dari masa lalu. Dia nggak akan biarin sejarah ngulang lagi.

....

Tapi...

Joshua merogoh bagian bawah bantalnya. Ditariknya keluar selembar pakaian dari sana. Kemeja. Sengaja nggak diberikan ke ibunya untuk dicuci. Joshua perlahan membawa kemeja tersebut ke hidungnya. Kemudian, anak itu hirup dalam-dalam.

Ah...

Wangi, meskipun kian lemah karena telah lewat dua hari, menyebar memenuhi seluruh bagian dalam tubuhnya. Syarafnya yang sempat tegang pun mengendur, membuatnya seketika rileks. Harum teh hangat yang diseduh pagi-pagi membuat pikirannya kembali tenang, kembali jernih. Wangi yang lembut dan penuh rasa manis...

...seperti bukan bau Alpha.

“Tuan Kim...”

Bila ini adalah bau feromon Alpha itu...

Bila benar demikian...

...apakah artinya Tuan Kim bukan jenis Alpha seperti yang Joshua temui selama ini?

”...Bingung...”

Nggak paham. Joshua nggak paham. Dia nggak mau menyesal lagi buat kedua kalinya, tapi dia juga nggak bisa menolak terang-terangan, apalagi dia...dia...

...menyukai feromon Tuan Kim.

...

See? Fuck pheromones, indeed.