Part 23

Part 23 #gyushuaabo

“Woah...”

Kesembunyi dari keramaian aula dansa, ruangan yang Joshua masukin itu nggak kalah megah. Chandelier raksasa menerangi kertas dinding penuh warna dan bermotif bunga. Karpet tebal di bawah sol sepatunya. Sebuah perapian besar menyala, menghangatkan mereka di musim yang begitu dingin ini. Berbagai lukisan yang dipigura mahal memenuhi dinding. Sofa dan kursi yang nampak kurang empuk diisi beberapa lelaki, di sini dan di sana. Mereka bercakap-cakap dengan seru, bertukar cerita atau membaca koran sambil menghisap pipa rokok mereka.

“Anda tampak kaget,” kenalan barunya tersenyum.

“Tempat apa ini?” Joshua menelengkan leher, nggak sadar kalau dia menunjukkan sisi lehernya yang putih dan bersih tanpa bekas gigitan Alpha.

Kenalannya itu diam sejenak, memerhatikan sisi leher yang dipampang dengan murah hati itu, sebelum menjawab, “Katakanlah, tempat kita mencari udara dari aula dansa yang sesak, Tuan Hong. Di sini kita bisa bersantai, tidak terus-terusan menghirup wangi parfum yang memusingkan atau diseret berdansa dari satu Beta ke Beta lain.”

Joshua sebenernya nggak terlalu menangkap semua itu, alkohol sudah bercampur dengan darahnya, jadi dia cuma bengong sebelum kemudian mengangguk.

”...Tapi saya rasa Omega seperti Anda pasti sudah ada Alpha yang dijanjikan pada Anda.”

Mendengar itu, Joshua ketawa. Tawanya lepas dan ringan, agak mengejek.

“Right,” selorohnya. “Omega pasti udah ada yang tag. Sold out! Kejual dari display!” Tawanya membahana lagi sampai perlahan mereda. “Sori, tapi aku bukan barang dagangan di toko, Tuan—”

“Lee.”

”—Lee. Kalo aku mau punya Alpha, aku yang bakal pilih dia, bukan sebaliknya!” Joshua menunjuk lelaki tersebut persis di depan hidungnya. “Paham, Tuan Lee?!”

Lelaki itu—Tuan Lee, menatap telunjuk di hadapannya, lalu pada Omega yang wajahnya mulai memerah dan matanya mulai keluar fokus, dan senyumannya terkembang.

“Saya paham,” Tuan Lee membungkuk sedikit. “Maafkan kelancangan saya. Daripada membicarakan hal yang tidak menyenangkan, bolehkan saya mengajak Anda melupakan rasa pahit di lidah ini?”

”...?”

“Tuan Hong,” Tuan Lee hampir meringis. “Apakah Anda pernah bermain bridge?”