88.
“Gue bakal balik ke Indonesia akhir bulan ini.”
“Gue bakal balik ke Indonesia akhir bulan ini.”
Pagi itu, ia turun dari kamar tidur, masih mengantuk. Namun, saat kakinya menjejak anak tangga terbawah, kantuk pun sirna, langsung tergantikan senyuman pasal melihat siapa yang ada di sana menyambutnya.
Begitu sambungan telepon dimatikan, Chan langsung mengambil kendali. Sebagai satu-satunya lelaki di rumah itu saat ini, ia merasa tanggung jawab ada di pundaknya. Keluarga Kim, meski kaya raya, tidak mempekerjakan asisten selain supir pribadi mereka, Pak Seokmin, yang baru akan masuk kerja lusa. Rumah berlantai dua itu hanya didiami anak perempuannya dan sepasang anak kembar. Biasanya semua berjalan lancar. Meski banyak mengomel, namun Adik selalu menjaga dan mengawasi adik kembarnya dengan baik.
Keesokan harinya, sekitar jam makan siang, ayahnya datang ke restoran. Kakak tidak bertanya kemana ibunya, pun tidak bertanya kemana Joshua. Ayahnya menyelesaikan pekerjaan Joshua di dapur dengan sangat profesional. Tak ada pesanan yang salah maupun terlambat, meski ia hanya sendirian memasak untuk pesanan restoran yang ramai. Ia bahkan masih sempat merancang menu baru yang telah ia pilih dari perjalanannya ke Hungaria dan Austria.
Dua botol kecil sake kemudian, Lee Seokmin sudah lebih rileks, sudah lebih longgar untuk bercerita mengenai dirinya dan anak yang lebih muda 36 tahun darinya itu. Minghao dan Mingyu, keduanya sengaja tidak minum terlalu banyak, mendengarkan dalam diam. Di sekeliling mereka, orang-orang ramai mengobrol. Dentingan gelas muncul cukup sering. Para pelayan sibuk menerima pesanan camilan dan keluar-masuk dapur untuk membawakan sake dan bir. Izakaya itu ramai di penghujung minggu.
Sabtu pagi, Kakak bangun seperti biasa. Dibukanya jendela agar udara segar masuk. Futonnya ia gulung lalu dimasukkan ke dalam lemari. Menyikat gigi, mencuci muka. Masih ada tiga jam lagi sampai yang diwawancara datang. Mengabaikan rambutnya yang berantakan, Kakak turun ke bawah, berniat membeli sarapan di konbini depan (atau breakfast set dengan kopi hitam dan roti bakar 500 yen di kafe lima bangunan dari restorannya, hmm enak yang mana ya).