Ch. 1.6: First Interaction (Unlocked: Fox Clan)
“Aku ingin mengenal...,” alih pandangnya menetap ke salah satu anggota klan karnivora, tepatnya yang tengah menaikkan gagang kacamata bulatnya, lalu menunjuk. “Rubah itu.”
“Aku ingin mengenal...,” alih pandangnya menetap ke salah satu anggota klan karnivora, tepatnya yang tengah menaikkan gagang kacamata bulatnya, lalu menunjuk. “Rubah itu.”
Minghao tidak menunduk ataupun mengalihkan pandangan. Sebaliknya, ia menatap bergantian satu persatu anggota klan karnivora di hadapannya perlahan-lahan, memetakan wajah mereka dalam ingatan. Sepertinya memang keberanian klan kelinci adalah sesuatu yang mendarah daging. Lima karnivora berbalutkan pakaian indah dari sutra mahal. Mereka tidak mengenakan kain warna mentereng ataupun hiasan yang tak perlu. Sederhana dari bahan berkualitas. Yang membedakan mereka dari tamu biasa adalah simbol klan masing-masing yang tersemat di kerah pakaian mereka.
Seakan tak peduli akan kegelisahan kelinci kecil kita, tirai malam pun turun membawa kerlipan bintang di antara terangnya bulan. Bunyi gesekan sayap jangkrik menemani kesyahduan paviliun sang kelinci saat penghuninya tengah sibuk ditata oleh kakak-kakaknya. Rambut hitam indahnya disisir rapi dan diberi minyak wewangian.
“Masuklah, masuk! Jangan sungkan!”
Kelewat semangat, si macan itu; Minghao semakin mengerutkan alis karenanya. Tentu ia menaruh curiga semenjak kumpulan mata para macan membelalak dengan rasa penasaran tinggi ketika dirinya turun dari kereta kuda yang sengaja dikirim oleh tetua mereka (perlakuan yang, ia yakin, diberikan atas permintaan Jisoo), namun ia tak bisa bertindak atau berkata apapun untuk menentangnya.
Xu Minghao, seekor kelinci herbivora, menginjakkan kakinya secara sukarela ke tengah sarang para macan.
Itu adalah langkah bunuh diri yang agak sinting, jika ia boleh jujur.
Bertindak gegabah adalah akar dari segala permasalahan di dunia. Xu Minghao meyakininya dengan sepenuh hati. Maka dari itu, ia meminta kesediaan Kwon Soonyoung untuk memberinya waktu. Waktu untuk mencerna. Waktu untuk berpikir. Waktu untuk mengambil keputusan. Macan itu segera menyetujui, sebab tak ada alasan baginya untuk tidak mengabulkan apa yang adik iparnya itu pinta. Menunggu barang satu-dua malam takkan merugikan pihak mana pun. Ia bisa pulang dengan membawa kabar baik bagi Jisoo dan menenangkan kepala panas Minghao di saat yang bersamaan, sekaligus menyiapkan ruangan bila kelinci termuda itu, pada akhirnya, menerima tawaran klan karnivora padanya.
Setelah menyatakan bahwa dirinya akan kembali tiga hari lagi, Kwon Soonyoung pun pamit tanpa banyak embel-embel.
Langit begitu benderang karena mentari tersenyum amat lebar hari ini. Bagaimana tidak? Bila seekor kelinci cantik tengah berjemur di bawah naungannya, kedua telinga panjangnya kuyu oleh kedamaian. Helai rambut diacak angin semilir yang juga membawa harum bebungaan musim panas. Merah darah, jingga terang, kuning menyengat—bergerombol membentuk sebuah bingkai indah untuk makhluk yang sama indahnya. Dengan bibir mekar merona dan bulu mata hitam yang lentik, Xu Minghao bagaikan setangkai bunga cantik...
...yang malang.
Hari itu adalah hari yang tidak biasa, bahkan bagi para klan macan. Bagaimana tidak? Ketika seluruh perwakilan klan karnivora terkuat berkumpul di rumah tetua mereka.
Ah, harus dimulai dari mana cerita ini?
Baiklah. Mungkin seperti manusia, kan kumulai dari cuaca.
“Hannie cantik banget ya...”
Kerjap-kerjap mata si kelinci kecil, membulat dalam ketidak pahaman. Kakak sepupunya, Jisoo, menggandeng tangannya yang mungil. Berusia 8 dan menyaksikan pernikahan sosok kakak yang rasanya baru kemarin bermain petak umpet bersamanya mengundang telengan kepala si kelinci.