Bertindak gegabah adalah akar dari segala permasalahan di dunia. Xu Minghao meyakininya dengan sepenuh hati. Maka dari itu, ia meminta kesediaan Kwon Soonyoung untuk memberinya waktu. Waktu untuk mencerna. Waktu untuk berpikir. Waktu untuk mengambil keputusan. Macan itu segera menyetujui, sebab tak ada alasan baginya untuk tidak mengabulkan apa yang adik iparnya itu pinta. Menunggu barang satu-dua malam takkan merugikan pihak mana pun. Ia bisa pulang dengan membawa kabar baik bagi Jisoo dan menenangkan kepala panas Minghao di saat yang bersamaan, sekaligus menyiapkan ruangan bila kelinci termuda itu, pada akhirnya, menerima tawaran klan karnivora padanya.
Setelah menyatakan bahwa dirinya akan kembali tiga hari lagi, Kwon Soonyoung pun pamit tanpa banyak embel-embel.
Baru aja buka pintu, kakaknya itu langsung meluk dia. Padahal Mingyu lebih tinggi darinya. Padahal Joshua harus jinjit supaya bisa ngelingkarin lengannya ke Mingyu.
Jeonghan tadinya lagi bengong, terlalu tenggelam dalam pemikirannya sendiri. Tapi, saat harum teh menguar lembut dan angin sepoi-sepoi berbau samar garam bertiup menyibak tirai halus di aula utama itu, seketika gundah gulananya pun lenyap. Kepalanya kopong. Dia hanya memandangi Pangeran Jisoo yang sedang menuangkan teh panas ke dua cangkir porselen dengan tenang. Berlatar belakang langit biru jernih dan dedaunan hijau, sang pangeran bagaikan keluar dari lukisan kerajaan.
Makian barusan ditujukan untuk dirinya dan dirinya only. Kalo boleh jujur yah... buat Seokmin juga sih sebenernya, tapi melihat kondisi anak itu saat ini, Jeonghan rada nggak tega. Berkebalikan dari Jeonghan yang masih mematung di posisinya, Seungcheol dan Mingyu buru-buru berlutut, mencoba menyadarkan Seokmin yang mendadak aja pingsan.
Beberapa detik kemudian, handphonenya mulai berbunyi. Masih terpana, Jeonghan dan keluarganya tetap lihat-lihatan, mata membelalak dan mulut terbuka. Ibunya menutup mulut dengan tangan, sedangkan adiknya mencengkeram kedua pundak Jeonghan.
Ketika handphonenya berdering untuk yang ke lima kalinya, barulah dia sadar dan mengangkatnya.
Tersebutlah suatu negara nun jauh di sana. Negara yang langitnya hampir selalu biru, penduduknya sering tersenyum dan pantainya sungguhlah indah. Negara yang jauh dari negara bernama Korea Selatan, tempat lahir salah satu karakter utama cerita kita kali ini.
Mini market emang penyelamat kaum masa depan bangsa deh. Nggak cuma nyediain mi instan dan roti Mr. Bread pas kepepet, even Gilette sama kancut sekali pake juga ada di sini.