Sepanjang perjalanan dalam kereta kuda, gelagat sang Alpha semakin aneh. Biasanya mereka bercengkerama akan banyak hal. Separuh benar, karena Joshua tetaplah Joshua—bercerita akan si kembar dan kejadian lucu saat Mingyu keluar dari kamar. Mingyu biasanya menanggapinya, mengubah percakapan menjadi dua arah seperti seharusnya, namun kali ini, sang Alpha bungkam total.
Sepasang mata Omega berbinar-binar. Pasalnya, kini di depannya, tertidur dua makhluk mungil yang berwarna kemerahan. Mereka diletakkan bersisian di atas tempat tidur besar. Gaun tidur mereka putih bersih. Mata mereka terpejam dan jari-jemari mereka yang mengepal erat nampak sangat, sangat kecil. Begitu kecil.
Sosok dalam jubah panjang terlihat menyusuri koridor istana. Langit di luar berpendar sendu. Musim gugur tidak hanya membawa nostalgia dan hangatnya perapian, tetapi juga badai dan hujan. Sebentar lagi, awan yang menggantung tebal di atas kota akan menumpahkan tangisnya. Geledek terdengar, menggentarkan anak-anak kecil yang menutup erat kuping mereka. Di halaman, beberapa pelayan mulai berlarian membawa masuk jemuran.
Hiruk pikuk terdengar nun jauh di sana. Setelah prosesi usai dan uskup agung mensahkan pernikahan tersebut, pasangan pengantin baru itu pun melangkah menuju balkon. Ketika pintu balkon dibuka oleh dua orang pengawal, seluruh rakyat menyambut mereka. Puluhan merpati dilepas ke langit secara bersamaan. Balon berwarna pink dan biru menemani gaun dan kemeja para penduduk yang serba putih. Mereka semua turut berbahagia melihat bagaimana saling mencintainya pasangan raja dan pendampingnya itu. Sang Omega tersenyum luar biasa manis di sisi Raja Alpha mereka, membuat hati para penduduk terasa hangat.
Ditimpa sinar mentari yang memancar dari jendela besar, kedua calon mempelai dalam prosesi pernikahan nampak begitu indah. Joshua bagai menyaksikan dongeng yang dibacakan ibunya ketika dia masih kecil dulu keluar dari buku cerita.
Raja Alpha yang mencintai seorang Omega biasa dan mereka menikah di bawah restu seluruh dunia.
Ketika Tuan Hong kembali ke kapel, Tuan Kim sudah berdiri di depan pintu yang tertutup. Mereka saling tersenyum. Para hadirin yang diundang secara khusus telah berkumpul di balik pintu itu. Keluarga raja, keluarga tunangannya, para tetua, juga semua sahabat lama kerajaan dari negara-negara kecil terdekat.