Dilemparnya handphone ke kasur dengan hela napas yang berat. Pagi itu, matahari bersinar cerah. Dari jendela yang terbuka, terdengar cericip burung gereja dari pohon di depan kamarnya. Angin bertiup lembut, membaurkan tirai-tirai putih hingga nampak sedang menari di udara.
Hari yang indah. Sungguh kontras terhadap perasaannya yang tercabik kalut.
Ada anjing besar yang dipungut bosnya, terus sekarang lagi whining di kubikel sebelahnya. Ganggu. Ganggu banget. Xu Minghao mengetuk-ngetukkan jarinya, menahan agar tetap sabar dan tidak termakan hasrat untuk mendiamkan anjing besar itu selamanya.
Minghao mendumal. Dengan kesal, diaduknya minuman yang ia pesan. Mocktail, sirup Grenadine sama jus apa gitu, Minghao tidak terlalu peduli. Pikirannya melayang ke 1001 cara membalas dendam pada Jeonghan.
Halo. Just wanna say that setelah gue ganti jalan plot, terus terang jadi dramashit banget dan lama-lama jadi beban banget buat gue. Gue jadi nggak enjoy nulisnya, beda kayak dulu pas masih di awal-awal.
“Ah...jadi, kita bakal adain konsep yang lain sekarang. Kita mau kalian satu-satu foto sama model ini,” pengarah gaya merujuk pada Seungcheol yang mulai tidak terlalu tegang setelah sesi foto sebelumnya. Lelaki itu khusyuk mendengarkan. “Terus setelah itu foto kalian ber-empat dan selesai. Oke?”