67.

#gyuhaooffice

Jam 20:18 malam.

Minghao melipir sebentar ke WC, dan, ketika ia kembali, ada makanan lagi di atas mejanya. Sungguh, ia semakin heran dari waktu ke waktu. Apakah semua makanan itu jatuh dari langit begitu saja atau bagaimana...? Bagaimana bisa seseorang menaruh makanan di atas mejanya sebanyak empat kali dan dia tidak pernah memergokinya?

Kali ini, sepotong pai apel di dalam plastik mika berbentuk segitiga. Masih hangat, masih ada titik air bekas uap terbentuk di dalamnya. Melihat bentuknya yang tak begitu rapi, sepertinya buatan tangan. Namun, yang lebih menarik perhatian Minghao adalah post-it kuning yang menempel di atas plastik mika bening tersebut. Diambil, lalu dibacanya:

You're welcome. Please don't misunderstand. Saya nggak mengharapkan apa-apa dari kamu. Saya cuma ingin masak buat kamu. Oh ya, ini semua buatan tangan saya, kecuali beberapa minuman. Jika berkenan, silakan dimakan.

P.S: Saya nggak tertarik buka start up dan bukan sengaja mau endorse kamu, but thanks for the compliment!

Bebal.

Bebal, ulangnya dalam hati. Tapi, anehnya, ada kelegaan setelah ia membaca post-it tersebut. Nggak mengharapkan apa-apa dari kamu. Itu yang dia butuhkan. Sebuah pernyataan bahwa makanan itu tidak mengandung permohonan apapun. Minghao tersenyum. Kebetulan, perutnya belum diisi sejak jam makan siang berakhir.

Dan, ketika hanya tersisa remah-remah di dasar plastik mika, Minghao menulis post-it lain dan menempelkannya persis di bawah post-it dari si pelaku:

Good to know we're on the same page. Pai-nya enak. You're a really good cook. Thank you.

P.S: Saya nggak makan mayones, mostar, greasy dish, heavily sweet dessert, dan nggak minum minuman dingin, for your perusal.