196.
โAku masih inget telepon itu. Malam sebelum aku sama Joshua tunangan.โ
Kepala Mingyu di pangkuannya, sementara tangannya mengelusi lembut rambut cokelat sang Alpha.
narrative writings of thesunmetmoon
โAku masih inget telepon itu. Malam sebelum aku sama Joshua tunangan.โ
Kepala Mingyu di pangkuannya, sementara tangannya mengelusi lembut rambut cokelat sang Alpha.
Wonwoo diam-diam berterima kasih karena Seokmin mengajaknya makan di kafe terdekat. Cuaca terlalu panas di tanah segersang kuburan, dan meski ia tak keberatan menemani sang Alpha bernostalgia, Wonwoo juga tidak ingin pingsan terpanggang matahari. Seokmin memesan segelas es teh dengan mint dan sepiring pasta berkrim. Dibiarkannya Wonwoo memilih untuk dirinya sendiri, karena dia bukan Omega-nya Seokmin. Tidak ada hak baginya memilih makanan untuk Wonwoo.
โ๐ slight R18
Mingyu dan Seokmin adalah teman sejak kecil. Ayah mereka berteman sejak masih kuliah, sampai mereka sukses, menikah dan memiliki anak. Walau sama-sama Alpha dan pemilik perusahaan besar, industri yang mereka kuasai toh berbeda sehingga tak ada persaingan di antara mereka. Bisa dikatakan, tak ada yang menghalangi hubungan kekerabatan kedua keluarga. Mingyu tumbuh bersama Seokmin, berbagi tawa dan kenakalan bersama.
Sampai datanglah hari itu. Hari dimulainya keretakan hubungan mereka.
โ...I'm sorry, Joshua...โ
Menangis sejadinya, Joshua berdeguk. Ia tidak tahu apa arti permintaan maaf barusan. Jika ada yang harus minta maaf, maka itu adalah dirinya.
Namun, Joshua tidak ingin berpikir.
Jeonghan menangkup wajah itu. Ia sudah menyerah untuk mencoba menghapus segala jejak basah di pipi Joshua ketika mata yang sama terus saja mengucurkan tangis tanpa tanda-tanda akan berhenti.
Ibu jari seseorang mendadak mengusap lelehan tangis dari sudut matanya. Kaget akan keberadaan orang lain yang telat disadarinya, perlahan, dengan lemah, Joshua pun menoleh.
Ketika matanya membuka, langit-langit gelap lah yang pertama ia lihat. Kepalanya kopong. Tetesan infus dan bunyi bip-bip teratur terdengar. Bau yang asing. Kasur yang asing. Ruangan yang asing.
Urusan administrasi selesai. Ruangan kelas I. Biaya IGD. Jeonghan sadar sepenuhnya kalau tidak ada reimbursement yang akan diberikan padanya. Dia duduk di kursi samping kasur. IGD malam itu tergolong sepi, hanya ada beberapa tirai sekat pasien yang ditutup.
Ada sesuatu dari rumah sakit yang sanggup meninggalkan kesan berbeda-beda bagi tiap pengunjungnya. Seseorang mungkin membenci rumah sakit karena orang yang penting baginya wafat di sana. Seseorang mungkin bersikap apatis, sekadar tempat berobat.
Bagi Xu Minghao beda lagi.