narrative writings of thesunmetmoon
“Lo ngomong kayak gitu lagi ke dia, gue kebiri lo! Pegang omongan gue ini ya!”
Joshua terbangun dari tidurnya akibat suara gaduh. Ia memutar badan perlahan. Sambil mengucek mata, ia memerhatikan Jeonghan mengumpat penuh amarah pada siapapun yang berada di sisi telepon seberang sana.
Sepulang dari dokter, Mingyu tidur terus. Dari siang hingga menjelang malam. Meski tidak tega, Minghao mau tak mau membangunkannya untuk makan malam. Ia membantu lelaki itu agar duduk, setengah merosot, bersandar lunglai pada kepala ranjang.
Setelah memastikan Seungkwan terselimuti dengan nyaman di kamar tamu lantai bawah, Wonwoo menutup pintu sambil tersenyum tepat setelah teman Beta-nya itu menggumamkan nama suaminya dalam tidur. Meski mereka bertengkar karena hal sepele, Wonwoo yakin mereka berdua tetap saling mencintai.
Rasa aman seperti itu...Wonwoo ingin memilikinya juga...
Senin pagi itu, Seokmin sengaja datang agak terlambat dari biasanya. Bercerita tentang Joshua selalu membuatnya bermimpi di malam harinya. Bukan, bukan mimpi buruk, melainkan masa ketika mereka masih bahagia. Ia selalu suka melihat senyum Joshua. Yang manis, yang ceria. Ia terbangun dengan rasa hangat merebak di dadanya.
Hai, Seokkie.
Kalo kamu baca ini, artinya aku udah di tempat yang lebih bahagia. Gimanapun juga aku percaya ada kehidupan setelah mati, walo kamu keukeuh kalo itu semua cuma cerita bohong. Agree to disagree!
“Itu surat dari Joshua buat Seokmin. Seokmin bilang ke saya buat kasih ke kamu,” Wonwoo memberitahunya lebih lanjut saat Mingyu hanya diam membatu dengan amplop di kedua tangannya. “Tapi bukan buat kamu. Nanti dibalikin ke dia. Jadi jangan dirusak ya, Gyu.”
“Ini...nggak apa saya kasih ke Mingyu?”
Alis sang Omega mengerut lagi. Ia memegang amplop yang baru saja disodorkan padanya. Titipan, katanya.
“Aku udah bunuh dia, Won. Kalo aku nggak terlalu tolol, terlalu buta, kalo aku bisa nangkep mereka pacaran...Joshua nggak perlu meninggal...dia nggak perlu meninggal...,” kerongkongannya terasa kering. “Dan Seokmin nggak tau sampai sekarang kalo aku yang bunuh Omega-nya...”
Wonwoo mendorong piringnya yang telah kosong. Kini ia berjuang menghabiskan segelas besar parfait. Seokmin hanya menontonnya, tertawa kecil ketika mendapati Omega itu begitu serius akan makanannya.
“Pelan-pelan ntar keselek,” selorohnya.