Mingyu bersandar di dinding. Di seberangnya, Wonwoo sedang duduk, bercerita dengan semangat pada Jeonghan di ranjang rumah sakitnya. Sang Omega yang lebih tua itu mendengarkan sambil tersenyum, sesekali mengangguk ceria. Terpancar kebahagiaan yang nyata dari Jeonghan. Pasti rasanya sangat sepi selama seminggu dirawat di rumah sakit.
“Seokkie!” Jeonghan tertawa terbahak-bahak. Berhubung restorannya agak sepi, mereka diperbolehkan menyatukan dua meja. Minghao dan Seokmin mendorong meja dan kursi. Seokmin duduk di sebelah Jeonghan dan Minghao di sebelah Joshua.
Mingyu berdiri di pinggir meja makan. Tas dan jaketnya ia jatuhkan begitu saja ke lantai. Tatap matanya sayu, terpekur memandangi sepiring penuh nasi goreng yang ia masak tadi pagi lengkap dengan notes yang masih terlipat rapi. Nasi goreng itu telah ia bungkus dengan cling wrap agar tetap hangat saat Wonwoo bangun dan memakannya.
Sekarang, nasi itu sudah dingin. Tak lagi ada gunanya cling wrap tersebut.
Jun melempar hapenya ke atas meja makan. Dia sedang memasak makan malam ketika notifikasi Twitternya berbunyi dan hampir saja jantungnya berhenti. Setelah tombol send ia tekan, Jun langsung lari ke kamar tidur mereka.
Rasanya Mingyu ingin gigit lidahnya sendiri. Pasalnya, pas dia buka pintu depan, rumah besar itu gelap. Cuma sepatu yang dilepas sembarangan di depan pintu lah yang menenangkan hatinya, bahwa Wonwoo sudah pulang dalam keadaan selamat.
Mingyu sudah sejam duduk di mejanya memandangi Wonwoo bekerja. Dari sudutnya, ia bisa berlama-lama memerhatikan setiap perubahan ekspresi wajah Omega-nya. Bagaimana alisnya berkerut serius saat menekuni tombol-tombol di mesin kopi. Bagaimana ia membelalak penuh kekaguman karena mesin tersebut mengeluarkan uap panas mendadak, kemudian bertepuk tangan, berseru “Wooah...woaaahh...” begitu kencang hingga para pelanggan menengok.
Mingyu tertawa geli melihat tingkah Wonwoo. Lucunya...
Mobil sedan hasil modifikasi suaminya itu menembus malam yang benderang. Jakarta tidak pernah terlalu sepi, meski di jam 11 malam ini, jalanan tidak lagi macet. Seungkwan duduk diam di samping suaminya yang tengah menyetir. Hansol adalah tipe penyetir yang hati-hati, tidak pernah terburu-buru satu kali pun, bahkan ketika ia sedang mengejar pesawat pagi ke Cengkareng.