245.
Jun melempar hapenya ke atas meja makan. Dia sedang memasak makan malam ketika notifikasi Twitternya berbunyi dan hampir saja jantungnya berhenti. Setelah tombol send ia tekan, Jun langsung lari ke kamar tidur mereka.
“Hao...”
Punggung Beta-nya itu menegang sebelum dengan cepat ia memutar badan. “Jun...,” pipi Minghao basah. Ujung hidungnya memerah. “Jun. Jun. Ini nggak mungkin. Aku...aku Beta! Beta nggak punya rahim! Aku nggak mungkin h-hamil...Jun...”
“Hao. Xiao Hao.”
Detik kemudian, ia merenggut Beta-nya ke dalam pelukan. Jujur saja, perasaan keduanya campur aduk dalam dada. Tidak tahu harus senang atau takut. Bukannya mereka tidak berpikir untuk membangun keluarga, tapi tak sekalipun pikiran Minghao yang hamil terlintas di benak.
Karena hal itu tidaklah mungkin.
Lelaki Beta tidak memiliki rahim.
Lelaki Beta tidak bisa hamil.
Pun lelaki Alpha. Hanya Omega yang bisa hamil, terlepas dari gendernya.
Pundak Minghao mulai gemetar. “M-mungkin salah...false pregnancy...,” ia pernah membaca tentang itu. Bukan hal yang baru. “A-ato...ato kanker...”
“Hao,” dengan geraman dan pelukan yang kian mengencang, Jun menghentikan rentet pemikiran buruk Beta-nya. “Besok kita ke dokter kandungan.”
Dan ia membiarkan Minghao menangis ketakutan dalam pelukannya.