Selepas makan siang dan semua orang berkumpul dalam kelompok-kelompok kecil untuk berbincang dengan santai di antara sesapan kopi, Tuan Kim menemukan Tuan Hong duduk sendirian di bagian taman yang agak tersembunyi oleh semak yang ditata apik oleh tukang kebun serta berbuncah-buncah bebungaan warna-warni. Di samping bangku yang ia duduki, mekar pohon dengan bunga kecil-kecil warna merah muda pudar yang indah.
Tawa pun membahana. Hangat dan lugas. Dada sang Alpha naik-turun karenanya. Sudah cukup lama dia nggak tertawa seperti itu, membuat bahkan tunangannya agak takjub.
Tuan Kwon menoleh dan, di depan batang hidungnya, sepucuk surat bertengger di tangan suaminya. Tanpa nama, tanpa alamat, bahkan tanpa perangko. Amplop yang putih bersih menandakan bahwa surat tersebut dikirim langsung oleh utusan.
Sesuai permintaan (atau perintah?) Omeganya, Tuan Kim kembali bertandang ke rumah keluarga Hong. Malam-malam di ruang tengah rumah yang sederhana itu kembali nyaman. Perbedaan terbesar mungkin pada Tuan Hong yang duduk semakin dekat dengan Tuan Kim dan Tuan Kim yang berusaha sebaik mungkin untuk tidak langsung mundur kala Tuan Hong mendekat.
Joshua dan ibunya duduk di seberang Mingyu. Padahal sudah biasa mereka lakukan sebelumnya, malam-malam santai di depan perapian hangat keluarga Hong, tapi kali ini rasanya agak...canggung.
Tuan Seo memundurkan tubuhnya hingga punggung bertemu dada. Dokter Jeon secara otomatis menaruh tangan di pinggang suaminya. Mereka duduk di bak mandi yang airnya dipanaskan oleh gas, mengendurkan syaraf-syaraf tegang sekaligus membasuh bau feromon Alpha dan Omega yang begitu lekat menempel pada pakaian dan kulit mereka.