Part 75
“Ini.”
Tuan Kwon menoleh dan, di depan batang hidungnya, sepucuk surat bertengger di tangan suaminya. Tanpa nama, tanpa alamat, bahkan tanpa perangko. Amplop yang putih bersih menandakan bahwa surat tersebut dikirim langsung oleh utusan.
“Ini.”
Tuan Kwon menoleh dan, di depan batang hidungnya, sepucuk surat bertengger di tangan suaminya. Tanpa nama, tanpa alamat, bahkan tanpa perangko. Amplop yang putih bersih menandakan bahwa surat tersebut dikirim langsung oleh utusan.
Sesuai permintaan (atau perintah?) Omeganya, Tuan Kim kembali bertandang ke rumah keluarga Hong. Malam-malam di ruang tengah rumah yang sederhana itu kembali nyaman. Perbedaan terbesar mungkin pada Tuan Hong yang duduk semakin dekat dengan Tuan Kim dan Tuan Kim yang berusaha sebaik mungkin untuk tidak langsung mundur kala Tuan Hong mendekat.
Joshua dan ibunya duduk di seberang Mingyu. Padahal sudah biasa mereka lakukan sebelumnya, malam-malam santai di depan perapian hangat keluarga Hong, tapi kali ini rasanya agak...canggung.
🌼 Bulan Mei
Tuan Seo memundurkan tubuhnya hingga punggung bertemu dada. Dokter Jeon secara otomatis menaruh tangan di pinggang suaminya. Mereka duduk di bak mandi yang airnya dipanaskan oleh gas, mengendurkan syaraf-syaraf tegang sekaligus membasuh bau feromon Alpha dan Omega yang begitu lekat menempel pada pakaian dan kulit mereka.
🔞 slight NC-17
Panas.
Dia merasa panas dan basah dimana-mana. Otaknya nggak bisa berpikir, menolak untuk berpikir, selain keinginan untuk segera memuaskan tuntutan badaniah. Nggak ada rasa haus maupun lapar yang dia rasakan. Nggak ada lagi norma dan akal sehat berjalan. Semua kebutuhan raganya digantikan oleh hasrat bercinta.
Kondisi Nyonya Hong cukup mengenaskan. Wanita itu sama kacaunya dengan Tuan Kim. Uraian rambut menghiasi wajah cantiknya yang lelah, telah lepas dari tatanan yang biasanya anggun. Jejak air mata nampak kentara di pipinya, serta bekas cakaran memerah di kulit.
Tuan Seo mendongak menatap langit. Keningnya berkerut. Dokter Jeon, melihat suaminya melamun memandangi jendela toko, pun mengikuti arah pandang Tuan Seo. Biru muda dengan kelebat awan tipis—langit musim semi seperti biasanya. Tidak ada yang ganjil.
Teriakan panik Nyonya Hong membelah senja hari yang tenang di blok perumahan tersebut. Salah satunya senja milik Tuan dan Nyonya Nam, penghuni rumah di sebelah mereka. Tergopoh-gopoh, kedua pasangan Beta paruh baya itu membuka pintu menuju sumber keributan. Beberapa pintu lain sekitar situ juga ikut membuka.