227.
Joshua perform dengan bagus sekali. Penonton diajaknya berinteraksi ketika petikan gitarnya berhenti. Selain playlist lagu yang telah disepakati dengan Jeonghan, dia pun membuka rikues, terutama pada bintang utama acaranya, ibu Jeonghan.
Joshua perform dengan bagus sekali. Penonton diajaknya berinteraksi ketika petikan gitarnya berhenti. Selain playlist lagu yang telah disepakati dengan Jeonghan, dia pun membuka rikues, terutama pada bintang utama acaranya, ibu Jeonghan.
“Hey.”
“Hoi.”
Begitu saja, sapaannya, lalu Minghao melewati Kim Mingyu menuju dapur. Di dapur, sudah ada Seungkwan dan Chan, sementara Hansol bertengger di salah satu kursi sedang menghabiskan sebungkus camilan.
Minghao duduk bersama Seokmin di pantry, memakan makan siang mereka dengan berisik.
“Lo sih,” Seokmin mendecak, memakan nasi pecel ayamnya sambil menclak-menclak.
“Eh, yang nyosor siapa??” Minghao, tidak mau kalah, mengibaskan sendoknya ke arah muka temannya itu. “Ada yang nyuruh??” Diciduknya bubur dengan geram.
Mereka duduk di deretan A paling pojok. Film baru saja dimulai, tetapi tangan yang ia genggam terasa tegang. Dengan bingung, Jeonghan menoleh, menyelidiki paras Joshua.
“Kenapa?” tanyanya.
Joshua menelan ludah.
“Ya Allah, beneran...”
“Seokkie!” Jeonghan tertawa terbahak-bahak. Berhubung restorannya agak sepi, mereka diperbolehkan menyatukan dua meja. Minghao dan Seokmin mendorong meja dan kursi. Seokmin duduk di sebelah Jeonghan dan Minghao di sebelah Joshua.
Ping! Ping! Ping! Ping! Ping!
“Lo ngomong kayak gitu lagi ke dia, gue kebiri lo! Pegang omongan gue ini ya!”
Joshua terbangun dari tidurnya akibat suara gaduh. Ia memutar badan perlahan. Sambil mengucek mata, ia memerhatikan Jeonghan mengumpat penuh amarah pada siapapun yang berada di sisi telepon seberang sana.