Part 87

#gyushuaabo

Seolah ikut merayakan, matahari bersinar begitu teriknya di hari berbahagia tersebut. Tuan Hong datang bersama ibunya dalam salah satu kereta kuda milik istana dan mereka langsung disambut oleh Tuan Kim. Sebagai pasangan pendamping, setelan jas yang mereka kenakan memiliki warna yang saling melengkapi: rose quartz dan serenity. Kemeja satin yang disetrika rapi, juga kuntum bunga kegemaran Tuan Yoon, lily putih, diselipkan di saku masing-masing.

Kapel dalam istana nampak terang benderang dipenuhi cahaya matahari. Bebungaan segar ditata cantik di tiap sudutnya. Jendela dibuka lebar agar angin sepoi-sepoi dapat masuk. Pernikahan musim panas yang dipenuhi putih dan pastel, bukan beludru merah berat bergaris emas seperti tradisi. Ceria, sederhana; sungguh berbeda dari pernikahan royal yang ortodoks.

“Membosankan,” cemooh sang Omega pendamping Tuan Raja, suatu hari, yang langsung mengejutkan penata ruang, penjahit baju, serta seluruh penghuni istana yang hadir di sana. “Jika kau ingin menikahiku, Cheol, maka semua tetek bengek pesta ini akan berdasarkan pilihanku. Kuharap tidak ada warna-warni yang membosankan macam begitu di pernikahan kita.”

“Hmm,” Tuan Raja mengerutkan kening dan mengelus dagu sejenak. “Apakah aku sejak awal punya suara dalam hal ini, Sayang?”

“Tidak.”

“Sudah kuduga,” sang Alpha lalu tersenyum. “Apakah Ibunda keberatan?”

“Terus terang, aku iri pada kalian,” tawa Yang Mulia Ibu Suri terlantun riang. “Andai warna gaun pernikahanku sendiri dulu seceria ini.”

Tuan Raja tersenyum makin lebar. “Baiklah. Ikuti kehendak kekasihku. Berikan apapun yang dia mau,” perintahnya, yang langsung dituruti para pemberi jasa dengan patuh. Maka, di sinilah mereka, di pesta pernikahan rancangan Tuan Yoon seutuhnya.

Tuan Kim mengecup punggung tangan Tuan Hong, lalu Nyonya Hong.

“Anda berdua cantik sekali hari ini,” pujinya.

Nyonya Hong terkikik. “Tolong simpan saja pujian itu untuk putra saya, Tuan Kim,” ujarnya santai, membuat sang Alpha tersipu. “Nah, saya akan menemui teman saya. Ngomong-ngomong, sebagai pendamping, kalian berdua akan berdiri juga di depan altarkah?”

Tuan Hong ikut menoleh ke arah sang Alpha. Ia sendiri tidak yakin.

“Oh, tidak,” tanggapnya sambil mengangkat sebelah tangan. “Saya akan mendampingi Yang Mulia ke altar, begitu juga Joshua dengan Tuan Yoon. Ketika mereka sudah sampai di altar, saya dan Joshua akan kembali ke belakang sana.” Tuan Kim menunjuk area persis di depan pintu masuk.

“Kok kayak penonton bioskop telat masuk, berdiri di pintu gitu,” seloroh Tuan Hong.

Tuan Kim terkekeh dibuatnya. Nyonya Hong mengangguk-angguk sebelum berpisah dengan mereka. Tuan Hong kini tinggal berdua saja dengan Tuan Kim.

“Joshua...”

“Ya?”

“Rambut Anda...”

“Oh. Ahaha...aneh ya?” sang Omega pun menunduk. “Aku coba styling dikit sih...”

Ia terbiasa melihat Omeganya dengan poni menjuntai, sehingga melihat poni itu disibak ke belakang dan ditahan oleh sedikit olesan pomade, memperlihatkan keningnya, membuat jantung Tuan Kim melompat dalam dada. Dalam balutan merah muda pastel, Omeganya nampak cantik sekali.

Sang Alpha mengelus pipi dan dengan lembut mengangkat dagu Omeganya hingga tatap mereka bersirobok. Alpha itu menyisir rambutnya ke samping. Jasnya yang berwarna biru muda pastel jatuh dengan pas di bahu lebar dan dada bidangnya, menambah kegagahannya.

“Sama sekali tidak aneh,” ia memastikan. “Bukankah saya sudah katakan? Anda cantik sekali hari ini...”

“Mingyu...,” pipi Tuan Hong memerah. Ia tersenyum senang. “Kamu juga...”

“Hmm?”

“Mm...,” Tuan Hong hampir mendengkur saat elusan di pipinya bergerak. Untungnya ia ingat kalau mereka sedang di tengah keramaian. “Kamu juga...g-gan—”

“Tuan Kim!”

Sentuhan lalu terlepas. Kedekatan pun sirna begitu cepat. Salah satu pelayan pribadi Tuan Yoon tergopoh-gopoh mengangkat gaun seragamnya, berlari mendekati mereka berdua.

“Ada apa, Nona Nam?”

“Tuan Yoon menyuruh saya memanggil Tuan Hong jika sudah tiba, Tuan,” jelasnya sambil menarik napas.

Tuan Kim memandang Tuan Hong, yang bola matanya sontak membulat.

“Aku?” sang Omega menunjuk hidungnya sendiri. “Yoon Jeonghan memanggilku?”

Nona Nam mengangguk beberapa kali. Meski dengan kernyitan alis, Tuan Hong pun menurut untuk dibawa ke ruang ganti pengantin. Sebelum ia pergi, Tuan Kim memberitahunya bahwa Tuan Raja berada di ruangan lain dan sang Alpha akan menunggunya di sana. Mengangguk, Tuan Hong lalu keluar dari kapel dan menapaki koridor dibimbing oleh Nona Nam.