50.

#wonshuashort

โ›”๐Ÿ”ž NC-17

โ€œHai...โ€

Mata Joshua membuka perlahan untuk menemukan Wonwoo dengan muka bantalnya, tersenyum malas padanya. Rambut hitamnya berantakan akibat ulah Joshua semalaman. Kacamatanya selamat di nakas samping tempat tidur. Lengannya menjuntai santai dari pinggang Joshua. Suaranya serak dan rendah. Ditimpa cahaya mentari pagi, Wonwoo tampak sangat indah.

โ€œMm...โ€

Joshua masih mengantuk. Maka, dia merapatkan tubuhnya ke dada Wonwoo dan sahabatnya itu menariknya ke dalam pelukan. Barulah saat itu Joshua sadar akan sesuatu yang mengeras di balik selimut.

Mendengus geli, dia terkekeh, โ€œBandel.โ€

โ€œCan't help it,โ€ kini Wonwoo menghujani ubun-ubun Joshua dengan kecupan ringan. โ€œYou're too pretty.โ€

โ€œGue cowok. Gue nggak cantik,โ€ alis Joshua mengernyit. Dia mulai menggerakkan pinggul sedikit, membuat Wonwoo menarik napas mendadak. Kaget karena gesekan yang nggak dinyana itu.

โ€œStill, ah...pretty...โ€

Wonwoo mengelus bibir bawah Joshua. Bohong kalau Joshua bilang pipinya nggak memerah di bawah tatapan Wonwoo yang berat oleh keinginan. Bohong kalau dia bilang dia nggak ingin menyentuh Wonwoo lagi, nggak ingin merasakan tangannya pada kulit Wonwoo, nggak ingin bibir mereka bertemu lagi...

โ€...pretty...โ€

Napas Joshua menderu. Aneh. Aneh. Padahal ini sahabatnya. Teman sejak kecilnya yang tinggal persis di seberang jendela kamar Joshua. Wonwoo, yang dulu mandi bareng dengannya sampai membuat kamar mandi berantakan dan dimarahi oleh ibunya. Wonwoo, yang mengambil makanan kesukaan Joshua dari piringnya lalu mereka bertengkar di meja makan cuma untuk dilerai kemudian. Wonwoo, yang menghabiskan banyak malam menginap setelah kecapean main game.

Wonwoo, yang suatu petang, dengan semburat jingga jatuh menimpa wajah tampannya, ketangkap basah memandangi Joshua dalam diam.

(โ€œKenapa?โ€

โ€œNggak.โ€

โ€œKok senyum-senyum ngeliatin gitu?โ€

โ€œNggak apa kok.โ€)

Seharusnya terasa aneh. Seharusnya. Bangun pagi di ranjang yang sama, telanjang bulat, berpelukan di balik selimut. Keadaan tubuh yang berantakan oleh ulah tangan, bibir, gigi dan lidah. Napas pagi yang nggak terlalu menyenangkan. Bekas liur dan ejakulasi yang lengket, menempel nggak nyaman di kulit. Harusnya aneh. Awkward.

Dan, ya Tuhan, Joshua punya pacar. Wonwoo juga punya pacar. Mingyu. Aeri. Bukan hanya mereka berdua teman, tapi mereka mengkhianati kekasih mereka sendiri.

Tapi,

tapi, tapi, tapi,

kalau ini salah, kalau semua ini salah,

kenapa hati Joshua merasa inilah yang benar?

โ€...so pretty, myโ€”โ€œ

Tidak ada kata-kata dipertukarkan lagi. Wonwoo menutup bibir Joshua dengan bibirnya. Joshua merespon dengan mudah, bagai kelopak bunga yang mekar indah dengan sedikit sentuhan semata. Dia mencium balik Wonwoo, meraba dengan agak bersemangat di balik selimut. Wonwoo mengerang ke dalam mulut Joshua, tangan-tangan naik dari pinggul, mengelusi punggung, lalu turun, terus turun, ke bagian dari tubuh Joshua yang telah dia cintai semalaman penuh kemarin.

Joshua melepas ciuman tersebut dengan bunyi kencang. Lalu, dia menarik kedua tangan Wonwoo dan menaruhnya ke samping kepala Wonwoo. Keduanya terengah. Wonwoo mengerjap dua kali saat Joshua, di atasnya, meringis jahil. Matanya berkilau bahagia seperti yang Wonwoo inginkan selalu nampak di wajah Joshua.

Harus selalu bahagia. Joshua. Joshua-nya.

โ€œShua...โ€œ

Ketika Joshua menyibak selimut lalu turun hingga bibirnya berjarak teramat dekat dengan bagian sensitifnya dan Joshua meringis semakin lebar, Wonwoo pun tak kuasa untuk meneguk ludah dan membiarkan dirinya berada di bawah pengampunan pemilik hatinya.