37.
Suara ketukan terdengar di pintu kamar dan suara Seungcheol dari baliknya menyusul kemudian.
“Won?”
“Hmm?”
Klik!
Abangnya muncul di ambang pintu.
“Mau makan nggak? Gyu buatin kita nasi goreng tuh.”
“Oh,” anak itu terus saja sibuk mengetik. “Nggak.”
Alis Seungcheol terangkat santai.
“Lagi chat sama siapa sih, serius banget,” selorohnya.
“Ini. Jo-”
Ucapannya terhenti.
Kalau Seungcheol tau Wonwoo tengah mengobrol dengan Joshua, ia pasti ikut nimbrung. Mungkin mengambil handphone Wonwoo dan menggantikan anak itu, kembali masuk ke dunia milik mereka berdua.
Rasanya...Wonwoo tidak mau. Di sini, saat ini, adalah dunia yang ia bukanlah orang asing. Bukan anak kecil yang cuma bisa berlari mengejar Seungcheol dan Joshua dari belakang. Saat ini, Wonwoo sejajar dengan mereka berdua. Sejajar dengan Joshua.
Di dunia ini, ia mengenal Joshua. Ia tidak mengenal Joshua di dunia Seungcheol.
Di dunia ini, Wonwoo aman bersama orang yang ia kenal.
Toh, Seungcheol bisa mengontak Joshua sendiri kalau ia mau. Mereka kan lebih akrab, pasti saling menyimpan nomor masing-masing. Wonwoo tidak perlu meminjamkan handphonenya untuk kepentingan Seungcheol.
”-Jihoon sama Jun nih, lagi goblok mereka.”
“Mereka lagi?” Seungcheol tertawa. Ramah, tanpa curiga. Diam-diam, jantung Wonwoo berdetak sedikit lebih cepat. “Yaudah. Gue abisin ya nasgor lo.”
“Hmm.”
Pintu kamar kembali tertutup. Jantung Wonwoo masih deg-degan. Di chat room, Joshua tidak membalas apapun, menunggu Wonwoo selesai mengetik ceritanya.
Berhasil.
Wonwoo baru saja menyimpan Joshua yang ini di dalam dunianya sendiri.
Joshua yang ia kenal, tak berubah setelah selama ini.