21.

#wonshuaonesidedau

“Ada yang lagi seneng nih.”

Pipi Wonwoo sedikit memerah. Baru saja vidcall ngerjain pr bareng-barengnya selesai. Vidcall yang seancur biasanya kalau mereka berempat sudah berkumpul. Grup gesrek, tapi, yah, menyenangkan.

“Mana Abang?”

“Kamar,” Mingyu menguap. Dengan santai, ia duduk di sebelah Wonwoo di sofa ruang keluarga.

Sudah menjadi pemandangan tidak asing lelaki tinggi besar itu berkeliaran di rumah mereka. Orangtua Seungcheol dan Wonwoo awalnya merasa tidak enak jika mantan adik kelas Seungcheol masih saja bertandang ke rumah, sebagaimanapun akrabnya mereka. Namun, karena Mingyu sopan dan ramah, juga pandai memikat hati ibu mereka dengan masakannya dan kesediaannya segera membantu jika diperlukan, rasa enggan itu pun luntur dengan cepat. Kini, mereka menganggap Mingyu sebagai anak ketiga mereka.

(Keempat, jika Joshua dimasukkan hitungan.)

Wonwoo pernah bertanya pada abangnya, kapan ia akan memberitahu yang sebenarnya pada ibu mereka. Seungcheol hanya tersenyum, kemudian menggeleng.

Wonwoo ingat waktu itu ia menelengkan kepala, merasa bingung.

Kenapa masih saja dirahasiakan?

Wonwoo yakin orangtuanya juga sudah tahu. Cuma orang yang benar-benar buta yang tidak bisa melihat tatapan mata mereka berdua, atau ketika Seungcheol tertawa sebelum mendusel sisi leher Mingyu ketika lelaki itu mengalungkan lengan di bahunya, atau saat Mingyu merapikan anak rambut dari wajah Seungcheol setelah angin besar bertiup.

Jelas sekali, mereka berdua.

Tapi Seungcheol diam seribu bahasa perihal hubungan mereka berdua dan Mingyu pun tidak berbuat apa-apa untuk mengambil langkah pertama.

...Yah, jika mereka berdua puas seperti ini saja, apalah hak Wonwoo merecoki hubungan mereka berdua.

“Gimana SMA?” Mingyu bertanya sambil mengambil kaleng coke bekas Wonwoo di meja.

“Goblok,” anak yang ditanya mengaku. Kedua tangan mengetik di handphonenya. “Seru.”

Mingyu meringis. Diteguknya coke sampai habis.

“Gimana kuliah?” giliran Wonwoo yang balik bertanya.

“Shitty,” kekeh lelaki itu. Kaleng coke penyok oleh satu genggaman kuat. “Tapi ada Bang Cheol di sana, jadi gue nggak berhak komplen.” Mingyu mengedipkan sebelah mata.

Wonwoo pura-pura mau muntah, yang kemudian dibalas Mingyu dengan mengusrek kasar rambut anak itu, yang segera diprotes Wonwoo. Anak itu hendak menendang Mingyu, tapi kalah cepat karena kakinya ditangkap.

“Lepasin gak??”

“Janji dulu nggak nendang-nendang lagi!”

“Iya, iyaaa!”

Dengan kekehan, Mingyu melepasnya. Wonwoo segera mencari handphonenya yang terpelanting entah kemana. Ketika ia menemukannya di karpet tidak jauh dari sofa, satu chat room terbuka.