110.
Siapa?
Satu kata, berputar dalam benaknya. Seharusnya dia yang melihat pengirim post-it di tangannya itu, bukan Seokmin. Bukankah dia lebih berhak untuk tahu? Siapa—
Selamat pagi, Hao. Terima kasih udah mau makan masakan saya. Kalo Hao seneng, saya seneng kok. Mengenai biaya, nggak usah cemas. Saya buatnya sekalian sama makanan saya sendiri :) Justru lebih hemat di saya sih, bikin banyak, seporsi buat Hao, sisanya buat saya.
Baiklah kalau begitu. Mulai besok saya juga buatin Hao makan siang ya? Kebetulan hari Jumat. Kecuali kalo Hao mau pergi makan ke luar, nanti dibales di post-it aja ya.
Besok saya buatin yang spesial. Hao ada makanan yang disuka? Kalo ada rikues, bilang aja. Saya pingin coba resep-resep baru juga. Bonus kalo yang makan juga seneng :)
--yang menulis pesan seindah ini untuknya.
Ada tart buah yang menemani post-it itu. Kudapan manis sebagai hidangan penutup. Lagi-lagi, rasa gula yang pas, buah yang bagus nan segar, kulit tart yang rentan tapi lezat...tangan-tangan ini...
Hao membalas post-it tersebut:
Really, what are you doing here in this office, anyway...you really should've opened your own restaurant, it will be a hit in town. Your cooking is very good.
Kalo nggak merepotkan, saya sebetulnya dari kemarin ngidam soto. It's getting colder here. Anget-anget musim hujan gini...enak...I wish I can eat it with you and say thanks to you properly for always making my tummy happy :)
Btw, kemarin malam hujan deres banget. Berangin pula. Are you okay? Lagi musim peralihan. Please stay healthy ya! Saya nggak bisa masak lol but I hope you like my little gift!
Menaruh sebotol UC-1000 bersama post-it balasannya, ia tersenyum, sebelum hapenya bergetar, menandakan sebuah pesan masuk. Pesan dari Kim Mingyu.