72.

#minwonstupid

Rapat darurat.

“Oke, ini serius.”

Dalam kamar kost Mingyu, Minghao duduk bersila di depan dua orang sahabatnya, yang satu duduk sambil melipat lengan di dada dan yang satu lagi membebat dirinya dengan selimut sampe mirip burrito raksasa. 187cm burrito bisa bikin satu kampung kenyang, just saying.

Kim Mingyu mengangguk lemah, dieratkannya selimut di sekujur tubuhnya. Minghao mengetuk-ngetukkan kepalan tangan kiri ke dahi, sedangkan Seokmin seakan tengah berpikir luar biasa keras ditilik dari seberapa dalam kerutan di antara alisnya.

“Lo...beneran suka sama Bang Won?”

Mingyu seminggu lalu bakal mendengus jijik dan berseru, 'Idih!'. Namun, Mingyu hari ini cuma bisa menunduk lalu menggeleng. “Nggak tau,” akunya. “Gue bingung. Gue...gue nggak tau...”

“Kigyu...,” Seokmin mau ngomong sesuatu, tapi terhenti, soalnya dia juga sama bingungnya.

Mingyu memeluk dirinya makin erat dengan selimutnya.

“Apa...emang gue sebenernya naksir dia kayak yang dia bilang ya?”

Seokmin dan Minghao melirik satu sama lain, bertukar kecemasan. Minghao lalu balik menatap Mingyu. Tangannya menepuk-nepuk lutut sahabatnya itu.

“Gyu, lo harus tenang. Ayok, tarik napas yang daleeeemmm...”

Dia melakukan perintah Minghao.

”...hembusiiiiiiin...”

Haaaaaa....

“Oke. Good. You're doing good, GyuGyu...”

Dipejamnya mata. Niat mencari ketenangan malah dirusak dengan bayangan yang sama, datang kembali tanpa diminta: Wonwoo, dengan bibir membuka dan lidah bergerak membasahinya. Wonwoo, dengan mata yang bersinar yakin kalo Mingyu naksir dia. Wonwoo, dengan suara berat nan halus, menyuruhnya untuk mencium bibirnya...

“AAAAAAAARRRRRGGGGHHHHHHHHH!!!!”

Frustrasi, frustrasi. Kim Mingyu mengacak rambutnya, menjambaknya, menyapu wajahnya, apapun, apapun, asal bisa melepas Wonwoo dalam kepalanya.

“Gyu, Gyu, oi,” Seokmin yang bergerak pertama. Dia menangkap wajah Mingyu dengan kedua tangannya dalam tangkupan lembut. “Kigyu. Sadar, woi. It's okay, Gyu, it's okay...”

Minghao mendekat untuk mengelusi punggung Mingyu. Hatinya terbelah melihat kondisi sahabatnya kini.

”...Gyu,” tanyanya hati-hati. “Lo mau gimana abis ini? Kalo lo mau gue sama Seok labrak Bang Won, kita bakal lakuin.” Emosi mulai nyampur dalam kalimatnya. “Kalo lo emang mau gitu, tenang aja, gue bakal abisin dia—”

“Jangan,” sanggahnya. “Jangan, Hao.” Kemudian gelengan kepala. “Gue nggak mau itu. Nggak mau. Ini...ini masalah gue sama dia.”

“Gyu...”

“Gue...”

Mingyu menelan ludah.

“Gue mau deketin dia...kali ini, kali ini beneran. Gue mau...mastiin bener nggak kalo gue emang naksir dia kayak kata dia...”