7. I think I was already starting to change
Bagai air, waktu pun mengalir tanpa menunggu siapapun untuk mendampinginya. Grup mereka yang pada awalnya nampak lemah dan penuh kegoyahan, perlahan-lahan menapakkan kaki dengan mantap. Meski diterjang badai dari segala arah, mereka selalu kembali berkumpul di suatu ruangan dan membahasnya bersama-sama. Dari tengah asrama kecil mereka, ke salah satu ruang latihan, sampai, pada akhirnya, ke asrama masing-masing dimana mereka dibagi per lantai.
Tentu ada perubahan signifikan yang Joshua rasakan, selain perbaikan gizi mereka dari segi makanan dan kualitas hidup yang meningkat. Joshua nggak menyangka kalau mereka bisa berkembang sebegininya. Anak-anak yang tadinya cukup pesimis dengan nasib mereka yang diundur terus debutnya tapi memutuskan untuk hajar saja daripada menyesal, mendorong diri mereka sendiri untuk terus menelaah, menyempurnakan, bahkan menghukum diri sendiri untuk berlatih mati-matian tiap mereka melakukan kesalahan, kini mereka mulai menjadi senior yang cukup terpandang.
Grup-grup yang lebih muda memanggil mereka sebagai senior dan menceritakan bahwa mereka berlatih dengan lagu Seventeen. Yang lain mengatakan bagaimana mereka belajar banyak dari Going Seventeen. Joshua kini merasa bahwa dunia entertainment Korea yang dingin dan ganas, ternyata menyimpan seenggaknya sedikit kehangatan yang familier di dalamnya, termasuk kisah cinta.
Nggak ada yang melarang mereka untuk pacaran selama mereka mengikuti aturan dari agensi. Karena kecerobohan satu orang akan berakhir menyengsarakan dua belas orang lainnya, mereka sepakat untuk sangat amat menjaga kerahasiaan kehidupan asmara mereka. Berkaca dari para senior mereka, nggak ada satu pun member yang berani untuk bertindak di luar ketentuan agensi. Mereka berhati-hati, menjaga agar pacar-pacar mereka nggak diketahui dunia sama sekali. Bukan hanya demi karir, tapi juga demi keamanan pacar-pacar mereka itu sendiri.
Joshua baru putus dari pacar terakhirnya dua minggu lalu ketika Mingyu menatapnya dengan kilau di mata. Jam dinding menunjukkan pukul empat pagi, terlalu buta untuk berpikir jernih dengan otak mereka namun adrenalin sehabis latihan gym membumbung tinggi di seluruh tubuhnya.
“Mau pergi nih kita?” celetuk Joshua.
Nggak tau dirinya atau Mingyu yang sudah gila. Jihoon melirik ke arah mereka sekilas sebelum menggelengkan kepala dan balik menekuni hapenya. Padahal Joshua niatnya ke dapur cuma buat ambil air minum. Entah gimana mereka malah membahas libur beberapa hari yang mereka punya. Jeonghan mendengarkan percakapan tersebut sambil meneguk minumannya, duduk persis di seberang Joshua dan Mingyu.
“Gimana? Jadi pergi nggak?”
“Ada gila-gilanya lo, Hyung,” Mingyu ketawa.
“Kayak baru kenal Shua aja lo,” Jeonghan menyeloroh. “Dia dari kemarenan nanyain gue mau ngapain. Gue bilang nggak bisa, gue ada janji duluan.”
“Kencan mulu sih lo ma Cheol.”
“Lo yang nolak ya tiap gue ajakin pergi bertiga, bangsat,” ditoyornya kepala Joshua sambil lalu.
“Terus dikatain obat nyamuk sama fans pairing lo berdua? Males,” Joshua memutar bola mata. “Lagian hobi lo berdua nggak gitu masuk di gue. Masukan sama Mingyu-yah.” Dia menoleh lagi ke arah Mingyu. “Mau pergi nggak? Gimana?”
Mingyu ketawa lagi. Ditekannya kelopak mata, berpikir sejenak, lalu ringisan merekah di wajah tampannya yang lelah.
“Ayok.”
Jihoon menguap. Hari sudah siang saat dia terbangun lagi. Bersiap-siap menuju studionya, dia menemukan Jeonghan di meja makan bersama Seungcheol dan Seungkwan. Jihoon mengangguk saat mereka menyapanya, membuka kulkas untuk menarik keluar karton susu.
“Mereka pergi.”
“Hmm?”
“Shua sama Mingyu.”
“Beneran?” mata Jihoon lantas membulat. Melihat anggukan kepala Jeonghan, Jihoon kemudian ketawa. “Gila juga mereka.”
“Bagus kan? Duo cleaning fairy kita,” kekeh Seungcheol.
“Gue penasaran pulang-pulang berantem nggak ya mereka,” Seungkwan menimpali. “Soalnya Mingyu-hyung kan gitu orangnya. Kayak bawa anak anjing jalan-jalan, bawel banget ngegonggong mulu.”
“Cocok lah, Shua kan nga ngo nga ngo aja, gampang juga diseret kemana-mana,” Jeonghan mengambil beberapa daging dari piring dengan sumpitnya. “Apalagi sama Mingyu-yah. Dikasih manyun dikit aja langsung nyerah.”
“Aigoo, Mingyu-hyung...”
Seungcheol ketawa, sedangkan Jihoon menghela napas. Dia membuang karton susu ke tempat sampah, meregangkan kedua lengan hingga bunyi kertak tulang terdengar, lalu meninggalkan asrama tersebut. Liburan atau nggak, demo lagunya tetap setia menantinya di studio.