65.

#minwonabo

Adededeh....

Perlu beberapa menit untuk pulih sejak hantaman keras ia rasakan pada tubuh bagian belakang. Meski teredam oleh tumpukan benda dan membuat nyawanya terjaga, tetap saja seluruh tubuhnya berteriak kesakitan. Pegal dan memar. Mingyu mengerang, perlahan menggeliat oleh rasa tak nyaman di punggung dan tengkoraknya.

Ia hanya berhenti oleh 2 hal: karena menggeliat malah membuat tubuhnya lebih sakit, dan karena isakan terdengar dari Wonwoo di pelukannya.

Isakan Wonwoo. Di pelukannya.

Dua kalimat yang baru saja meresap ke dalam benak Mingyu sedetik yang lalu. Jantungnya berdebar agak cepat ketika ia sadar Wonwoo berada di atas tubuhnya. Kulit bertemu kulit. Hidungnya refleks menghirup udara lebih dalam, rindu akan wangi manis omega itu.

Tapi, ah, apa yang ia justru hidu?

Bukan wangi mentega meleleh di pemanggangan. Bukan gula dan susu dan vanilla essence. Bukan wangi kue yang lezat, seperti yang telah ia kenal.

It's...sour.

Bau yang tak mengenakkan. Ia mengernyit. Ini...ini bau omega yang tengah dirudung duka. Yang tengah sedih, kecewa. Yang tengah hilang dalam nestapa. Semakin terpuruk Wonwoo dalam dukanya, semakin tengik baunya, semakin gelisah Mingyu dibuatnya.

Dia tidak suka

Dia tidak suka.

Karena, bukan hanya bau asam, tetapi hatinya bagai disayat-sayat mendengar isak tangis omega itu, merasakan pundak Wonwoo gemetar dalam rangkulan lengannya. Lelehan air mata di dadanya hangat, tetapi juga menyakitkan. Dia tidak mau mendengar Wonwoo menangis. Dia tidak mau mencium bau itu lagi.

โ€œWonu...,โ€ bisiknya di telinga sang omega.

Sengaja ia kuatkan baunya sendiri, membungkus dirinya dan Wonwoo, agar bau tak mengenakkan itu tenggelam olehnya. Sengaja ia eratkan pelukannya hingga pundak Wonwoo berhenti gemetar.

โ€œWon...โ€

Dan, dengan sengaja, ia eluskan pipinya ke puncak kepala Wonwoo, membiarkan helai rambut hitamnya yang halus menangkap bau yang Mingyu pancarkan. Dia mendusel Wonwoo sebisa mungkin dari posisi mereka, menghujani omega itu dengan bau seorang Alpha, menenangkannya secara insting. Tangannya di punggung Wonwoo mengelus lembut.

Menjadikan Wonwoo berbau dirinya, dari ujung kepala hingga ujung kaki.

Seperti seharusnya, batin Mingyu.