6. You reached out your hand

#gyushuafortunate

Mingyu melendot lagi—ke Seungkwan, ke Soonyoung, ke Wonwoo, ke Minghao, ke semua orang yang dia sayang, bahkan ke Jihoon yang jelas-jelas terlihat risih ketempelan badan setinggi itu. Eksekusi rasa cintanya memang begitu, dengan sentuhan dan tindakan. Dia terlahir seperti itu dan dibesarkan dalam keluarga yang serupa. Pelukan, ciuman, sentuhan; semua sama normalnya dengan bernapas bagi keluarga Kim. Mereka bahkan mengadopsi Minghao yang jauh dari keluarganya selayaknya anak mereka sendiri.

“Nggak usah sedih gitu,” Wonwoo nyengir sambil duduk di sebelah Joshua. “Nyokap nyuruh lo ke rumah, Shua.”

Joshua mengerjap satu kali.

“Kalo lo ngiri Mingyu adopsi Myungho, sini biar gue yang adopsi lo.”

“Ngiri apa nih?” yang disebut namanya ikut duduk di sebelah Wonwoo, merangkul bahunya. “Shua-hyung ngiri sama siapa?”

“Sama lu,” Wonwoo membuka mulut berusaha menggigit lengan kurus Mingyu, tapi yang bersangkutan berhasil menarik lengannya sambil mengerang protes. “Nyokap lo ngadopsi Myungho, nyokap gue jadi pengen kan ngadopsi Shua.”

“Terus salah gue gitu??” mendadak, Mingyu menoleh ke arah Joshua. “Hyung kenapa nggak bilang deh mau gue adopsi juga?? Nyokap mah seneng-seneng aja ketambahan anak lagi~“

“Eh, nyerobot,” dagunya Mingyu didorong Wonwoo. “Nyokap gue nge-tag Shua duluan.”

“Ckckck,” tetiba Jeonghan juga ikut dalam pertengkaran ngalor-ngidul itu. Ditariknya leher Joshua hingga punggungnya bertemu dada Jeonghan. “Jangan rebutan Shuji gitu dong. Biarin dia yang milih ya gaesss~“

Memutar bola mata, Joshua menyikut Jeonghan, membuat anak itu mengerang sakit. “Apa sih adopsi-adopsian,” bantahnya. “Tapi, oke, Wonu-yah, ntar gue ke rumah lo. Bilangin maaf sama Bibi kalo gue jadi ngerepotin.”

“Kok 'Bibi'? Nyokap.”

”? Nyokap lo ya gue panggil 'Bibi' lah?”

Jeonghan ketawa. Mingyu ketawa. Wonwoo senyum timpang. Joshua bingung.

“Di sini nggak ada itu bibi-bibian, Shua. Semua nyokap ya nyokap lo juga. Nyokap gue, nyokap Jeonghan, nyokap Gyu juga—sama aja. Jadi lo nggak usah sungkan gitu,” Wonwoo menepuk-nepuk pundaknya. “Kita semua kan keluarga.”

Keluarga.

...Keluarga tapi pairing-pairingan?

“Masih mikirin sesuatu, Hyung?

Wonwoo dan Jeonghan sudah melipir pergi, meninggalkan Joshua berdua dengan Mingyu, duduk bengong bersandar ke kaca sambil menonton tingkah membernya selama mereka rehat sejenak dari latihan dansa. Peluh menempel bagai kulit kedua. Handuk yang melingkari tengkuk Mingyu nampak basah kuyup.

“Gue...masih nggak paham.”

“Kenapa tuh?”

“Katanya keluarga, tapi kenapa kita dipairingin? Aneh banget,” alis Joshua mengernyit. “Dan kenapa kalian pada santai-santai aja? Lo apalagi, Mingyu-yah.”

“Hah? Kenapa gue??”

“Lo naksir Wonu-yah?”

Kerjap. Kerjap.

“Ini asalnya dari mana, bisa jelasin dari awal banget nggak, Hyung?” Mingyu mengangkat tangan. “Gue nggak yakin gue paham...”

“Masa cuma gue sih yang merasa aneh sama pairing-pairingan ini?? Masa gue deket sama Jeonghan-ah, tetau udah ada nama pairingnya aja?? Ntar kalo gue deket sama Cheol juga, bakal ada nama pairing lagi?? Aneh banget! Dan lo, stop ngeliat kayak gitu kalo nggak mau makin nambah pairing lo, Gyu!”

“Kayak gimana??”

“Kayak lo sayang sama kita semua!”

“Emang kan?!”

Hening sejenak.

“Hyung, gue nggak paham paniknya lo kenapa, asli. Gue kan emang sayang sama lo semua. Lo semua tuh orang berharga buat gue. Gimana gue jelasinnya tanpa bikin geli ya...,” garuk-garuk belakang kepala. “Gue nggak masalah sama pairing-pairing gue, jujur, karena artinya fans bisa liat gue emang murni sayang sama member gue, kan? Meanie, Gyuhao, Seokgyu, Gyucheol, Gyuhan, Gyuboo...semuanya gue suka. Kalo bisa gue mau ada kapal gue bareng lo semua, Gyushua termasuk.”

Joshua memutar bola mata. Mingyu menepuknya agar fokus kembali menatapnya yang lagi serius.

“Bener lho, Hyung. Gue juga pengen ada Gyushua, soalnya gue juga sayang sama lo. Nggak bolehkah gue nunjukin rasa sayang gue sama lo di depan fans, cuma biar nggak ada kapal kebentuk buat kita?”

Duh, bagai merebut permen dari tangan bayi. Joshua jadi merasa sedikit bersalah. Seperti yang dia bilang ke Vernon sebelumnya, dia nggak masalah sama sekali. Dia bukannya homophobic, tapi dia dibesarkan dengan pemahaman bahwa orientasi seksual orang bukanlah bahan becandaan. Dia juga mengalami hal yang nggak terlalu menyenangkan sebelumnya karena orang melihat dia lalu salah persepsi sendiri.

“Boleh,” Joshua akhirnya menghela napas. “Gue bukan—gue cuma—” Merasa sulit melanjutkan, dia lantas berputar arah. “Mingyu-yah, lo suka cowok? Sexually?”

“Nggak tau,” yang ditanya malah nyengir. “Pacar gue selama ini cewek sih, belom pernah sama cowok. Nggak tau juga bisa naksir cowok ato nggak, tapi gue nggak mau jawab enggak buat pertanyaan lo.”

“Hoo...”

“Kalo lo?”

“He?”

“Lo bisa suka secara seksual ke cowok, Hyung?”

Joshua kaget sedikit ditanya balik begitu. Dia menatap mata Mingyu agak lama dari yang sewajarnya, berkedip dua kali sebelum akhirnya menjawab,

“Nggak tau.”

Lalu, dengan meringis jahil, dia menambahkan,

“Tapi kalo lo 10 tahun lagi jadi super ganteng tapi tetep imut-imut kayak gini, mungkin gue bakal pertimbangkan.”

Yang membuat mereka berdua ngakak sampai Soonyoung memanggil mereka dengan nada galaknya, menyuruh melanjutkan latihan dansa kembali.