5. From the moment
“Ada gue kapalnya. Meanie.”
Semuanya ngakak.
“Apaan tuh, kok namanya aneh??”
“Itu gegara Wonu-hyung make beanie terus kan pas namanya belom disebut!” Mingyu mengernyit, menuding Wonwoo dengan telunjuknya. Yang dituding cuma ketawa puas. “Mingyu Beanie. Meanie!”
“Meanie as in Minnie or Mean?”
Anak-anak yang lain nggak mendengar Joshua kecuali Vernon. “As in Mean, Hyung, like you are such a meanie,” dia menjelaskan dan Joshua mengangguk-angguk.
“Hoo...”
“Terus siapa lagi? Siapa lagi??”
“Cheol-hyung sama Uji-hyung nggak sih?”
“Gue tau nih. Jicheol kan??”
“Benerrrr,” seruangan ngakak lagi. “Udah resmi nikah pula kan!”
Joshua memandang semua sambil planga-plongo. “Vern,” gumaman pelan. “Kayak gini...perlu nggak sih?”
“Hmm? Apanya?”
“Pairing ginian. Rasanya aneh. Yang kita offer kan musik. Kenapa jadi ada pairing-pairing gini...,” lalu dia menambahkan sambil berbisik, takut kedengaran yang lain. “We aren't even gay. Is this really okay? Are we not insulting anyone by doing this?”
Vernon mengerjap. Di Amerika, jelas masalah seperti ini lebih sensitif. Dia paham betul dari mana kekhawatiran Joshua berasal. “Hyung, ini bagian dari industri. Mau nggak mau, kita bakal dipair sama fans kita. It's about sales and money, and we have no power to stop it,” melihat muka Joshua makin asam, Vernon meneruskan. “Menurut gue, kalo kita takut nunjukin rasa sayang kita cuma gegara gender, bukannya malah lebih insulting jatohnya? Toxic masculinity and all that?”
Joshua masih belum yakin. Vernon lalu merangkul bahu Joshua.
“Lo risih kalo gue giniin?”
Alis Joshua berkerut, tapi dia menggeleng. Vernon kemudian mengangkat lengannya yang satu lagi, memeluk Joshua di leher. Joshua spontan merangkul punggung Vernon, memberikan tumpuan.
“Kalo gini?”
Lagi, dia menggeleng.
“Kalo gue bilang gue sayang lo di depan fans kita? Lo risih?”
“Malu sih,” akunya. “Tapi nggak risih.”
“Hmm.”
Lalu, anak itu menjauh dan menepuk pelan pipi Joshua. “Lo nggak perlu mesra-mesraan di depan kamera kalo lo nggak merasa itu diri lo, Hyung. Yang penting lo bebas aja nunjukin diri lo. Sayang itu kan bisa dalam berbagai arti. I think people missing out a lot by not saying how much they love their loved ones often,” kemudian dia berlalu, meninggalkan Joshua dengan pemikirannya akan shipping dalam komunitas fans Kpop ini.
“Bukan Jihan ih, tapi Shujeong!”
Joshua menoleh dari Seungkwan yang sedang menulis. Jeonghan meringis jahil padanya.
...Great. Sekarang dia keseret juga jadi salah satu ship. Tapi, ah, dengan Jeonghan ya? Jeonghan yang, semenjak saat itu, semakin menempel padanya. Seperti saudara kembar. Seperti teman sejak kecil. Seperti orang yang bisa Joshua percaya akan berada di sisinya sampai kapanpun.
Cinta itu nggak selalu romansa.
Yeah. Maybe Vernon's right. Sayang ke teman juga salah satu bentuk cinta, kan?
“Oke. Shujeong,” dia meringis membalas Jeonghan.
Later, Vernon merangsek ke arahnya dan berbisik tepat di telinga, “Moreover, are you really sure we aren't even gay, Hyung? Prejudice much, are we not?”
Anak itu tersenyum bandel dan pergi begitu saja, memberi lebih banyak pertanyaan untuk kepala Joshua yang malang.