4. Or maybe not

#gyushuafortunate

Setelah mereka menangis sejadinya saban hari, rasanya lega. Rasanya segala yang mereka tahan hingga detik ini urai begitu saja. Joshua menatap Jeonghan sebelum mereka berdua tertawa, saling mengejek karena mereka nampak jelek. Pipi basah, ingus meler, wajah merah.

“Idol macem apa lo, jelek banget,” seloroh Jeonghan.

“Ngaca dulu gih,” balas Joshua.

Mereka yakin member yang lain juga mengetahui persoalan mereka berusaha keluar, tapi karena nggak ada yang mengungkitnya, maka Joshua dan Jeonghan bersikap seolah nggak pernah terjadi apapun. Mereka latihan bareng, berebut makanan bareng, bersenda gurau dan bertengkar—kejadian sehari-hari di dorm Seventeen yang sempit.

Yang berbeda hanyalah Seungcheol yang kini mendekatkan dirinya pada Jeonghan dan Joshua. “Sori. Kalian yang umurnya paling deket sama gue sekarang. Harusnya gue lebih merhatiin kalian,” dia berkata seakan-akan dia sudah menampuk peran sebagai leader. Seungcheol sadar kalau dia cenderung lebih dekat dengan member lama dan mengabaikan Jeonghan dan Joshua, yang notabene kedua dan ketiga tertua di grup. “Gue janji apapun yang ada di kepala kalian, gue bakal dengerin baik-baik.”

Jeonghan dan Joshua lihat-lihatan sesaat sebelum mereka tertawa, membuat Seungcheol salah tingkah dan juga ikut tertawa.

Hari-hari berjalan lagi seperti biasa. Joshua mengabari ibunya tanpa memberitahu keputusannya dengan Jeonghan yang gagal itu. Dia nggak mau ibunya menemukan ada kegoyahan dalam niat anaknya. Kata 'pulang' terdengar begitu menggoda, namun kata 'pulang' juga berarti kekecewaan. Bila bukan kekecewaan orang lain, maka kekecewaan bagi dirinya sendiri.

Hidup dengan dihantui 'what if' sama buruknya dengan menyerah sebelum berjuang.

“Hyung.”

Joshua mengerjap, menemukan Mingyu di hadapannya. Otaknya berhenti berkelana sejenak dan memerhatikan anak di hadapannya. Kim Mingyu. Tinggi, kurus, polos. Sering meringis dengan taring menonjol pada giginya yang nggak rata. Sebuah ciri khas yang membuatnya mudah diingat orang. Sekarang pun dia lagi meringis pada Joshua.

“Lo orangnya telaten ya,” tanpa menunggu reaksi Joshua, Mingyu meneruskan. Mereka hanya berdua di ruang tengah. Joshua sedang melipat baju yang sudah kering sedangkan Mingyu mengelap meja rendah tempat mereka makan. Mereka telah mengepel lantai dan merapikan apa yang bisa dirapikan—bantal tempat tidur Jun dan Seungcheol, piring-piring kotor, sampah berbagai macam. “Kalo lo yang benahin, rasanya ruangan ini jadi bersih banget.”

Joshua nggak paham maksud omongan Mingyu, tapi dia bergumam sebagai tanda bahwa dia mendengarkan.

“Member kita tuh jorok banget. Kalo nggak ada yang ngurusin, keknya mereka bakal mati ketimbun sampah semua,” Mingyu mendecak. “Piring ditumpuk di bak cuci, nggak langsung dicuci. Abis buat makanan, dapur berantakan. Cucian kering aja mereka males ngelipet, maen langsung dipake aja.”

Joshua ketawa mendengar Mingyu mengeluh macam ibu-ibu komplek apartemen tempat mereka tinggal. Dia mengangguk-angguk setuju.

“Mau gimana lagi, Mingyu-yah, cowok usia segituan—”

“—paling nggak banget.”

“—the worst.”

Mingyu dan Joshua mengerjap, saling menatap untuk sesaat. Meski bahasa yang mereka gunakan beda, artinya tetaplah sama. Joshua terdiam, seolah menemukan sesuatu yang baru di wajah yang telah lama dia lihat.

“Ha!”

Lalu, mereka berdua tertawa terbahak-bahak.

“Jahat banget lo, jangan gitu~“

“Biarin! Orang bener kok. Hyung sendiri ketawa yee~“

Dan, saat tawa reda dan tangan kembali bekerja, Mingyu berdeham dan bergumam, “Makanya, Hyung jangan kemana-mana. Kalo nggak ada Hyung, ruangan ini nggak akan bisa sebersih kalo kita kerjain bareng...”

...

…Oh.

Mingyu menunduk, sengaja nggak menatap Joshua. Takut, kalau-kalau dia nggak sengaja menyinggung luka yang masih basah. Dia nggak tau apa masalah yang Joshua dan Jeonghan pendam sampai mereka kepingin keluar—Seungcheol bilang itu urusannya—tapi Mingyu merasa salah kalau cuma diam saja.

“Mingyu-yah.”

“Ya?” akhirnya dia melihat mata Joshua lagi.

“Masih kotor tuh,” yang lebih tua memicingkan mata menginspeksi hasil kerja Mingyu. “Di sini. Gimana sih, nggak lulus standar kebersihan, nggak dapet makan malem besok.”

“Lah?? Ya jangan gitu dong, Hyung??”

“Betewe, gue giliran mesen makanan besok~” :p

“Hyung!!” (;゚д゚)