35.

#shuaharem

“Anjing. Anjing, anjing, anjing...”

Joshua membiarkan handphonenya yang menampilkan layar sms banking diambil oleh Jeonghan. Mereka duduk di kasur Joshua yang sebenarnya hanya muat untuk satu orang. Kembarannya itu masih melongo menatap jumlah uang yang masuk.

“Dua setengah, lima, tiga...”

Dihitungnya perlahan.

“Lima belas. Lima belas juta. LU NEMENIN OM-OM CHAT WHASSAP DOANG, NGGAK NGEWE NGGAK APA, DAPET LIMA BELAS JUTA?? PLUS STEAK?? KOPI?? MARTABAK??” asli, kalau Jeonghan pusing, apalagi Joshua. “WHADEFAK???!!!”

“Han. Asli, Han, gue kok jadi takut nih. Kayak, ini uang beneran. Orang beneran. Uang beneran. Kayak...aduuuhh gimana nih? Gue takut aaahhh,” panik, banjir mengalir, terpahat jelas pada paras Joshua.

“Tunggu deh. Kok lo takut? Lo beneran mau jual perawan lo apa enggak sih?” Jeonghan memicingkan mata.

Mengulum bibir bawah, Joshua diam seribu bahasa. Matanya yang cantik itu melirik ke kanan dan ke kiri, ke manapun, selain membalas tatapan kembarannya.

“Shuuuuaaaaaaa—”

“TBHGUECUMAISENGDOANG,” mendadak, ia menumpahkan rahasia yang ia pendam sejak kegilaan ini dimulai. “Gue—gue cuma iseng. Nggak gue kira bakal di-RT sama di-Like segitu banyak, terus...terus pas mereka pada minat, gue...iseng doang bikin lelang...tapi terus...TERUS KOK GINI YA TUHAN?? HANI, GUE HARUS GIMANA??”

“Fuck,” sumpah serapah yang pantas. “Fuck. Anjing lu, emang goblog lu tuh ya.” Ditoyornya kepala sang kembaran. “Otak dapet tapi ga dipake. Goblog.” Ditoyornya lagi. “Gimana, gimana...SIAPA SURUH ISENG JUAL DIRI, TOLOL, MENDING LU BUKA AJA SEKALIAN!”

“H-Hani...” 🥺

“Fuck. Jangan kasih gue mata itu. Gue tusuk nih mata lu.”

“Haanniiiiiii.....” 🥺🥺🥺

”............fuck. Anjiinngg. Ah anak tolol kayak gini jadi kembaran gue banget nih??? AAAHH!! FUCK!!” Jeonghan menjambak rambut Joshua. “Heh, anak goblog, dengerin gue. Nasi udah jadi bubur. Lo udah kecebur di game ini.”

“GAME INI KAN YANG BUAT ELO!”

“KENAPA LO NGGAK BILANG KE GUE PAS ITU, HAH?? GUE MASIH BISA BANTU LO BERESIN SEMUA INI! SEKARANG UDAH NGGAK BISA, ANJING!!”

Dengan kasar, Jeonghan melempar adik kembarnya itu kembali ke kasur. Punggung Joshua menabrak dinding bercat biru muda.

“Dengerin. Satu-satunya jalan cuma lo ladenin itu semua om-om dan tetapin mana yang paling invest di elo. Game ini harus jalan karena lo udah kecebur kelewat dalem, Shua. Suka ato enggak, say goodbye to your virginity.”

”............”

Jeonghan menghela napas. Dia naik ke atas tempat tidur dan duduk di pangkuan kembarannya. Satu tangan menangkup pipi Joshua, yang masih saja menunduk.

“Look. I will help you in this. Tapi chastity lo udah nggak bisa diselametin, Shua. In the end, lo harus kasih itu ke daddy yang kasih lo duit paling banyak. Ato invest di moril lo.”

”.....? Moril?”

Jeonghan mengangguk. “I mean, daddy yang kasih duit terbanyak belum tentu daddy yang buat lo paling seneng, kan? Lo harus itungin invest materiil sama invest moril tiap daddy ke elo, jadi lo bisa milih daddy terbaik buat lo.

...Gue pikir walopun lo harus kasih virginity lo ke om-om itu, at least lo bisa kasih ke om yang paling lo sukain.”

Ada kilatan di mata Joshua. Sebuah jalan keluar. “Hani...,” ditangkupnya kedua pipi Jeonghan. “Hani...that's brilliant...you are...you are brilliant...that's it...THAT'S IT!”

Kembarannya meringis.

“I know I'm the one with the brain, but—”

“MMMUAAH!!”

Main sambar saja. Penuh rasa lega, Joshua mencium bibir sang kembaran.

“Mmh—YUCK!” Jeonghan serta merta mendorong Joshua. “I TOLD YOU IF YOU WANNA KISS, TELL ME BEFORE! FUCK! STUPID SHIT!”

Tapi Joshua tidak peduli. Ia tertawa makin renyah. Bukan pertama kali Jeonghan marah ketika ia menciumnya. Bukan pertama kali kembarannya itu membantu ia keluar dari lubang kuburannya sendiri.

“Get lost, bitch,” Joshua menendang bokong Jeonghan, memaksanya keluar kamar. “I have daddies to play with.”

😏