313.
Tlak!
Satu kali.
Tlak!
Dua kali.
Jendela itu masih tertutup. Sambil mendecak, Junhui mengambil sebuah batu kecil lagi, bersiap untuk melemparnya, ketika tiba-tiba saja jendela itu menjeblak terbuka. Senyumnya kian lebar, matanya berbinar, saat ia melihat wajah kesal Wonwoo.
“Jangan berisik!! Ssstt!!” bisiknya marah. “Nanti orangtua saya bangun!!”
“Aku mau ketemu kamu.”
“Ini kan udah ketemu!”
Junhui pura-pura bolot. “Kamu yang keluar apa aku yang masuk?” selorohnya santai. Tangan di dalam saku, berdiri santai seolah tanpa dosa.
Wonwoo menatapnya remeh. “Masuk?” tanyanya bingung. “Gimana caranya kamu masuk, coba?”
Junhui melempar batu di tangannya satu kali ke udara. Ada ringis jahil terbentuk di wajahnya, sejenak, sebelum batu ia buang ke jalanan dan ia melompat. Dengan cekatan, anak lelaki itu mengangkat badannya melewati teralis besi berpergola, lalu meloncat begitu saja ke pohon terdekat.
“Eh...? Eh??” Wonwoo mulai panik. Gemerisik daun dan pohon yang bergoyang-goyang membuatnya salah tingkah. Instingnya menyuruhnya untuk buru-buru menutup jendela, menghalau anak lelaki itu pergi,
namun terlambat.
“Hey.”
Tiba-tiba saja, di depan wajahnya, bertengger di batang pohon persis di samping balkon tempat dia berdiri, ada wajah anak lelaki itu. Mata bulat yang berbinar terang, hidung mancung, pipi yang mulai terkikis gembilnya, dan senyuman berlesung pipit yang tak akan berubah.
“H-hai...”
Wonwoo baru menyadari satu hal ketika mereka sedekat ini. Satu hirupan napas dan semua menjadi jelas. Peppermint dan musk. Anak bernama Junhui itu adalah Alpha.
“Boleh aku masuk...?”
Seketika itu juga, ada makna tersirat lain yang bisa ia rasakan di kalimat naif tersebut.
Alpha yang meminta masuk ke kamar seorang Omega...
Wonwoo meneguk ludah, lalu mundur dua langkah, memberi tempat untuk Junhui melompat turun ke balkonnya.