2. Feels like it's becoming new

#gyushuafortunate

Terbang sendiri dari rumahnya di Los Angeles dan membuat ibunya kehilangan putra semata wayangnya ke negara yang telah lama mereka tinggalkan bukanlah satu-satunya kesalahan hidup yang dilakukan Joshua.

Pernah dia membuat ibunya cemas karena nggak pulang semalaman setelah bertengkar dengan ayahnya. Joshua memilih mengungsi ke rumah sahabat karibnya, menyelinap ke klub malam sampai jam dua pagi dan tidur lelap karena teler berat. Dia ingat ibunya mengambil tangannya untuk ditangkup, nggak berkata apapun selain ajakan pulang. Merasa berdosa, dia pun menurut.

Pernah juga Joshua diajak ciuman sama senior cowok di kamp kristen pas dia masih kelas 1 junior high. Dia pikir cowok sama cowok nggak akan punya ketertarikan kayak gitu, maka dia menolak keras, bahkan agak jijik. Nggak lama, santer terdengar kabar seniornya itu drop out dari sekolah dan diusir dari rumahnya karena ketahuan gay. Walau Joshua nggak melakukan apa-apa, tapi tetap ada sepenggal rasa bersalah yang bercokol di sana, mengendap lama di sudut dalam hatinya.

Sekarang, hidup di antara orang-orang asing yang bahasanya saja Joshua nggak mengerti membuatnya mempertanyakan begitu banyak hal mengenai keputusan hidupnya. Sure, Joshua senang musik. Bernyanyi sambil memetik gitar dan menghasilkan uang adalah pekerjaan impiannya. Ketika seseorang menawarkan kesempatan untuknya berkarir dalam musik, Joshua pikir, 'Sure. Why not?'

Apa sih susahnya nyanyi sambil nari dikit?

Ternyata susah. Banget. Hell, even. Joshua nggak nyangka dirinya bakal kelaparan hampir setiap hari, tapi masih harus latihan dalam keadaan lapar. Mereka diberi makan tapi dijatah dan seadanya. Pun mereka harus membagi semuanya bersama-sama. Nggak jarang makanan yang dikirim oleh ibu seorang member disantap habis dalam sehari oleh semua member. Belum lagi kata-kata pedih yang dilontarkan pelatih dan staff mereka...

“Kita mending cabut aja nggak sih?”

Yoon Jeonghan. Dia seumuran sama Joshua, beda beberapa bulan. Joshua hanya memandangnya balik dengan kelelahan luar biasa. Ngapain sih mereka harus kayak gini? Debut pun belum pasti, mana diundur terus. Agensi pun di ambang bangkrut. Member yang keluar-masuk tanpa henti. Kalaupun Seventeen debut tapi tetau flop, terus apa artinya mereka harus menderita begini?

Joshua bisa menelepon ibunya dan meminta tiket pulang. Dia bisa meninggalkan ini semua dengan mudah. Selalu ada tempat baginya di Downtown. Palingan teman-temannya bakal mengejeknya sedikit, tapi mereka nggak akan lantas meninggalkannya. Dia bisa melanjutkan kuliah sambil kerja sambilan.

Hidupnya setelah gagal debut nggak terdengar buruk.

“Ayok.”