17.

#soonwoo

Brak!

Kaleng bir ke-tiga dia banting ke atas meja.

“MAKSUDNYA APA LO-hiks-HA??? TAU GAK SIH LO GUE DAPET IKAN ASIN JAMBAL ROTI GRATIS-hiks-HA???? TAU GAK LO KALO-hiks-JAMAN SEKARANG MAKANAN GRATIS TUH-hiks-SUSAH, LANGKA, GA ADA ORANG YANG MAU NGASIH MAKANAN G-hiks-GRATIS, HA???? TERUS LO BUANG SEMUA MA-MAKANAN ITU GITU AJ-AJ-hiks-”

Mingyu mengelusi punggung Wonwoo dengan cemas terpampang jelas. “Bang, Bang, udah, Bang...,” gumamnya. Dia sendiri baru nenggak sekaleng, masih sober banget. Keburu Wonwoo mabok dan throwing tantrum sih. “Udah ya, Bang, jangan minum lagi. Abang udah mabok nih...”

Dijulurkannya tangan untuk mengamankan kaleng bir terakhir yang belum dibuka, tapi dia kalah cepat. Sekejap saja, bir itu beralih ke tangan Wonwoo, yang langsung dibuka dan ditenggaknya dalam beberapa tegukan besar. “AAAAAHHH.....,” Wonwoo menghela puas. Punggung tangannya menyeka mulut. Mingyu hanya bisa merengut menatapnya, kecemasannya semakin menjadi-jadi

“TAU GAK SIH LOOOOOO JAMBAL ROTI GRATIS TUUUHHHH YAAAA—”

Cemas, sekaligus campur keinginan terpendam buat bekap Wonwoo pake bantal. Ya Gusti, bacot banget, dasar orang mabok 🙄

“Ini ngomongin siapa sih?” bukannya membantu pacarnya, Jeonghan malah meringis menonton tingkah laku Wonwoo. Kaleng bir yang baru ia habiskan setengah berdiam di tangan kirinya, sementara tangan kanan menopang dagu. Matanya berkilat oleh ketertarikan. Emang kagak ada yang beres di sini, cuman Mingyu doang orang waras sedunia.

“Eng-hiks-enggak tau...dia...hiks...m-mukanya macem...apa sih itu lho-it-itu-hiks-sodaranya tikus...”

Jeonghan mengerucutkan bibir. “Marmut?” tebakan satu.

“S-salah-”

“Hamster?” tebakan kedua.

Wonwoo mendadak menunjuk dirinya. “HAMSTER!” seru si pemabuk. “HAMSTER! MUKA HAMSTER! MATA HAMSTER! MUKA HAM-HAM-hiks-STER-hiks-SIALAN!!! KALO KETEMU LAGI, GUE-hiks-GUE—”

“BANG! UDAH SIH BAAANGG!”

“Muka hamster...,” sebuah wajah kemudian terbayang di benak Jeonghan. “Ah.” Dipukulkannya kepalan tangan ke telapak satunya.

“Kenapa, Kak?”

“Pasti Kwon Soonyoung,” ringisnya ceria. “Cuma dia yang dipanggil Muka Hamster yang gue tau. Tapi ga tau deh ya kalo ada orang lain lagi.”

“K-K-hiks-Kwon...?”

Jeonghan mengangguk, “Mm. Kwon Soonyoung. Gue pikir semua orang di kampus kenal dia? Anak paling tajir sekampus. Rumornya katanya nyokapnya itu simpenan anak mantan presiden, makanya doi tajir dari orok. Ada yang bilang malah bapaknya menteri pas jaman orba, jadi punya gunung dimana-mana sama kebon kelapa sawit. Nggak tau deh gue mana yang bener.”

“Whoa...ada ya orang kayak gitu,” Mingyu terpukau. Kayak orang dari dunia lain aja deh....

KRAK!

“Heh,” Wonwoo baru saja meremas kaleng bir ke-empatnya yang sudah kosong hingga renyek mengenaskan, membuat kedua orang lainnya mengangkat alis, terkejut. “Anak tajir-hiks-anak yang nggak t-hiks-tau apa-apa soal dunia. Anak yang cuma bisa ngerengek minta papi dan mami beliin-hiks-apa yang dia mau. Dugaan gue bener kan?”

Jeonghan meneguk birnya dengan tenang. Di sampingnya, Mingyu kembali cemas melihat ekspresi Wonwoo yang penuh kemarahan.

“Anak tajir t-hiks-tolol.”