15.

#wonshua62sequel

”...Itu aku?”

“Iya,” Wonwoo membenarkan. “Inget nggak, pas aku business trip 2 minggu ke New York?”

Lambat, Joshua mengangguk.

“Channie yang kirimin foto ini ke aku.”

“Ichan?” Joshua makin heran. Apa urusan adiknya dibawa-bawa ke pertengkaran mereka?

“Aku kangen kamu pas itu. Kangen banget. Tapi karena kamu lagi kerja, aku curcol lah ke Channie. Nggak ada angin, nggak ada ujan, dia ngasih aku foto kamu yang ini...”

Suara Wonwoo merendah. Dia terdengar malu.

”...terus pas aku liatin foto ini, aku...pengen kamu...”

Joshua menoleh. Benar saja, wajah suaminya memerah, seakan takut di-judge atas keanehannya.

”...Jangan bilang kamu pake foto ini selama di sana, terus kamu set jadi lockscreen, terus tiap kali kamu liat, kamu kepengen dan minta?”

On point banget, Josh.

Wonwoo masih diam sambil merona.

”...oh my God..”

”...shut up, Josh.”

He won't. “Oh my God, you did??” serta merta, Joshua tertawa. Tertawa terpingkal-pingkal dengan jejak air mata masih menempel di kedua pipi. Wonwoo mengerang, kesal karena dia baru saja mengakui kelemahan utama dirinya: Joshua.

“Shut. Up.”

Pelukannya pada tubuh Joshua mengerat. Ia meraup lagi suaminya, menempelkan tubuh mereka berdua. Tawa Joshua segera sirna saat gesekan pinggul terasa di bokongnya. Suaminya menekan geliginya ke daun telinga Joshua. Salah satu titik sensitifnya. Hanya menekan, tidak menggigit.

“Ini salah kamu, tau. Kenapa sih, kamu segini irresistible-nya...?” Wonwoo mengecup bagian bawah telinga Joshua.

“Kamu tau nggak, kalo ada tahi lalat di bawah telinga kamu? Persis di sini?”

Dijilatnya bagian itu.

“Hmm...?”

Joshua mengerang. Tidak sadar kalau Wonwoo sudah menekannya ke pintu kaca menuju beranda. Ia bisa melihat pemandangan kota Jakarta dari lantai mereka berada. Bagaimana kalau ada yang melihat dirinya dihimpit di kaca, telanjang dan bermandikan peluh....

Fuck. That's hot.

“Aku nggak akan maksa kamu lagi,” bisikan, seraya lengan-lengan melepas dan tubuh menjauh, meninggalkan Joshua bersandar di kaca. “Mulai sekarang aku cuma akan lakuin ke kamu apa yang kamu mau, Josh.” Ia memutar kepala, menangkap bagaimana tak sabarnya suaminya dari bagian depan celananya. Wonwoo berusaha mengabaikan hasratnya sendiri. Ia tidak akan mengulang kesalahan yang sama.

Tapi, entah iseng entah apa, Joshua mendadak dirasuki keinginan untuk membalas dendam. Ia ingin memaksa suaminya membayar segala ketidak puasan yang ia harus alami karena keegoisan lelaki itu semata.

Keinginan untuk mengendalikan tali kekang lelaki di hadapannya.

Lalu ia menyeringai.

Manis dan berbahaya.

Wonwoo bergidik, separuh oleh bulu kuduk yang berdiri, separuh lagi oleh terjangan antisipasi yang mengaliri nadinya. He should've known.

If Joshua is irresistible in mere photo,

then he's lethal in person.