1. After I met you, everything
“Hi.”
Sodoran tangan membuat Mingyu terkesiap. Kata manajemen, orang yang akan bergabung dengan kelompok mereka berikutnya itu lebih tua darinya. Kelahiran 95, berarti seusia Seungcheol-hyung. Tapi, bukan bungkukan badan atau kedikan kepala, melainkan uluran tangan yang ditawarkan orang bernama Joshua Hong itu, seolah-olah dirinya dan Mingyu setara.
Ada jeda merentang untuk beberapa saat, bahkan Seungcheol-hyung sampai mendorong bahunya dengan sikut sebelum Mingyu akhirnya tersadar dan menyambut uluran tangan Joshua.
Ia tersenyum, lebar dan secerah mentari di musim panas kota Seoul yang sesak.
“Halo! Namaku Kim Mingyu! Umm, n-nais tu mitch yu...??”
Lalu, suara tawa lantang terdengar. Bukan hanya dari Joshua, tetapi juga dari sekeliling mereka. Padahal Mingyu merasa nggak salah ngomong kok (kesampingkan aksen, trims)??
“Nice to meet you too, Kim Mingyu,” masih tertawa, Joshua menggerakkan tangan mereka ke atas dan ke bawah. “I hope we can be friends. All of us.”
Mingyu nggak paham arti dari ucapan Joshua yang terakhir. Tapi ada satu hal yang Mingyu tangkap dari raut muka orang itu. Senyum Mingyu memudar. Matanya melebar sedikit.
Mata Joshua nggak tertawa.
...
...Kenapa?